Kamis 15 May 2025 07:10 WIB

Mengapa Tuhan dalam Islam Disebut Allah?

Allah merupakan Tuhan yang mahasempurna, tiada yang setara dengan-Nya.

Ilustrasi berdoa menyebut Allah.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi berdoa menyebut Allah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ajaran Islam menyebut Tuhan dengan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam Surah al Ikhlas misalkan. Arti firman tersebut dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut, katakanlah bahwa Allah itu satu, semua makhluk bergantung kepada Allah, bahwa Allah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan,dan tidak ada apapun dan siapapun yang setara dengannya.

Mengapa disebut Allah?

Penyebutan ini hanya menunjukkan konsep Tuhan dalam Islam, tidak yang lain. Bangsa Arab dahulu hanya menggunakan kata Allah untuk Tuhan yang Mahaesa. Sedangkan yang disembah pada masa jahiliyah dahulu berupa berhala tidak disebut dengan Allah.

Baca Juga

Tafsir Kementerian Agama menjelaskan, Allah adalah nama bagi Zat yang ada dengan sendirinya (wājibul-wujūd). Kata “Allah” hanya dipakai oleh bangsa Arab kepada Tuhan yang sebenarnya, yang berhak disembah, yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Mereka tidak memakai kata itu untuk tuhan-tuhan atau dewa-dewa mereka yang lain.

Terkait dengan Surah al Ikhlas, suatu ketika orang-orang kafir bertanya, “Wahai Muhammad, jelaskan kepada kami tentang Tuhan yang Engkau sembah?” Kemudian empat ayat Surah al Ikhlas itu turun, sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

Nabi Muhammad memuliakan surah satu ini sebagaimana dijelaskannya dalam hadits. Suatu ketika Nabi bertanya kepada para sahabat, siapa yang keberatan untuk membaca sepertiga Alquran di malam hari? Mendengar hal tersebut, mereka berkata, siapa dari kami yang menanggung beban itu? lalu Rasulullah menjelaskan, surah al Ikhlas adalah sepertiga Alquran. Ini penjelasan yang menunjukkan bahwa Rasul menganjurkan setiap orang untuk membaca Surah al Ikhlas setiap malam, Surah yang jika dibaca, setara dengan sepertiga Alquran.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement