Selasa 20 May 2025 16:06 WIB

Oposisi: Israel Jadi Negara yang 'Hobinya Membunuh Bayi'

Israel terancam bakal menjadi negara yang dikucilkan.

Heba Shakura berduka atas putranya Islam Abu Mahdi yang syahid akibat serangan udara Israel, saat pemakamannya di RS Indonesia di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, Senin, 28 April 2025.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Heba Shakura berduka atas putranya Islam Abu Mahdi yang syahid akibat serangan udara Israel, saat pemakamannya di RS Indonesia di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, Senin, 28 April 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pemimpin oposisi Israel dari Partai Demokrat, Yair Golan, mengeluarkan pernyataan paling tajam terhadap koalisi pemerintahan Benjamin Netanyahu. Ia menyebut koalisi sayap kanan itu membuat Israel menjadi negara yang “hobinya membunuh bayi”.

Dilansir the Times of Israel, Golan mengatakan negara tersebut sedang menuju ke arah menjadi negara paria. Tindakan pemerintahan Netanyahu menyikapi serangan 7 Oktober oleh pejuang Palestina juga disebut memicu keruntuhan ekonomi dan sosial.

Baca Juga

Pemimpin oposisi Yair Golan melontarkan kritik pedas terhadap pemerintah Israel, dengan mengatakan bahwa pemerintah Israel dipenuhi oleh orang-orang yang “tidak memiliki moral” yang mengubah negara tersebut menjadi “negara paria” alias terkucil di percaturan dunia.

“Israel sedang dalam perjalanan untuk menjadi negara paria, seperti Afrika Selatan, jika kita tidak kembali bertindak seperti negara yang waras,” kata Golan, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil kepala staf militer.

“Dan negara yang waras tidak berperang melawan warga sipil, tidak membunuh bayi sebagai hobi, dan tidak bertujuan untuk mengusir penduduk,” katanya. "Pemerintahan ini penuh dengan tipe pendendam, tidak bermoral dan tidak mampu menjalankan negara di saat krisis. Ini membahayakan keberadaan kita."

photo
Pemimpin oposisi Israel dari Partai Demokrat, Yair Golan. - (AP Photo)

Ia menyatakan bahwa negara Yahudi tersebut kehilangan kemampuannya untuk memberikan keamanan bagi warganya. Sementara kawasan tersebut bergerak maju sementara Israel tetap “terjebak dan menanggung konsekuensinya sendirian.” Dia menambahkan bahwa menyelamatkan Israel dari pemerintahan saat ini telah menjadi “kebutuhan mendesak.”

Golan sebelumnya menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak penyelesaian apapun terhadap perang di Gaza. Ia mengatakan bahwa pemerintahnya membuang-buang anggaran untuk posisi politik, mendukung permukiman, dan memenuhi tuntutan partai-partai garis keras, sehingga membuat Israel menjadi tempat yang lebih sulit untuk ditinggali.

Dengan dukungan Amerika, Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Hingga saat ini, perang tersebut telah menyebabkan lebih dari 168.000 orang tewas dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang di bawah reruntuhan.

Pernyataan Golan tersebut langsung memicu reaksi kemarahan di dalam pemerintahan dan oposisi. Menteri Luar Negeri Gideon Sa'ar menyebut pernyataannya "tidak dapat dimaafkan" dan memicu anti-Semitisme. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir juga menuduh Golan membuat fitnah berdarah anti-Israel.

photo
Syuhada Kecil di Gaza - (Republika)

Menteri Pertahanan Yisrael Katz menyatakan bahwa "siapa pun yang menyamakan Israel dengan Nazisme dan menodai reputasi serta tentaranya selama perang harus dikucilkan," mengacu pada posisi Golan sebelumnya.

Menteri Komunikasi Israel Shlomi Karhi juga menggambarkan Golan sebagai "teroris", menuduhnya berusaha menghalangi pencapaian tujuan perang dan mengancam keselamatan tentara Israel.

Sementara itu, Benny Gantz, pemimpin Partai Biru dan Putih, meminta Golan untuk menarik kembali pernyataannya dan meminta maaf kepada para pejuang IDF, mengingat pernyataannya ekstrem dan salah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement