REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir setinggi dua meter yang melanda wilayah RT 013 RW 04 Kampung Melayu, Jakarta Timur, sejak Ahad (6/7/2025) dini hari kini mulai surut. Namun hingga Senin siang, genangan masih tersisa setinggi 50 sentimeter. Ketua RT setempat, Sanusi (58), mengatakan banjir kali ini menjadi salah satu yang terparah sejak awal tahun.
“Puncak ketinggian pada Ahad jam 8 itu sekitar 2 meter ketinggiannya. Sampai saat ini sisanya tinggal 50 cm saja sih. Biasanya lama karena hambatannya itu sampah sama lumpur,” kata Sanusi, Senin (7/7/2025).
Ia mengatakan sekitar 120 rumah terdampak banjir di wilayah tersebut. Warga, terutama lansia dan balita, telah dievakuasi ke lokasi pengungsian sementara di SD Kampung Melayu 01. Sedangkan sebagian bertahan dan menunggu untuk evakuasi di lantai dua rumahnya.
Sanusi menambahkan, selama banjir belum benar-benar kering, warga hanya bisa melakukan kerja bakti manual. Setelah benar-benar surut, mereka biasanya mengajukan permintaan penyemprotan lumpur ke pemadam kebakaran (damkar) melalui pihak kelurahan.
"Antisipasi warga sementara ini kita kerja bakti manual. Seandainya sudah kering betul baru kami minta izin ke lurah untuk menghubungi damkar membantu penyemprotan lumpur-lumpur itu," katanya.
Sanusi juga menyebut, banjir serupa pernah terjadi pada Maret lalu, dengan ketinggian air bahkan mencapai hampir empat meter. Ia menilai banjir yang terjadi bukan hanya karena hujan lokal, tetapi juga kiriman air dari kawasan hulu seperti Bogor.
“Enggak, 2 hari 3 hari hujan di sini nggak banjir. Kami kan masih menunggu juga dari janji-janji Gubernur sebelumnya hingga saat ini Pak Pramono pun menjanjikan. Kita tunggu aja sih,” kata dia.
Warga berharap janji normalisasi sungai yang pernah dilontarkan Pramono bisa segera direalisasikan. Sanusi mengaku warganya jenuh menghadapi ini.
"Kami bosan dengan banjir ini karena kalau kami hitung-hitung dari tahun 2020, makin ke mari makin banyak banjir," katanya.