Jumat 11 Jul 2025 08:42 WIB

Mendes Yandri Targetkan Satu Desa Satu Majelis Taklim untuk Berantas Buta Huruf Alquran

65 persen warga desa belum bisa baca Alquran.

Santri sepuh membaca Alquran usai mengikuti kajian sore di Pondok Pesantren Sepuh Payaman, Masjid Agung Payaman, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (10/4/2023). Setiap Ramadhan warga lanjut usia berdatangan ke Payaman untuk nyantri. Sejak awal Ramadhan santri lansia atau sepuh ini mengikuti berbagai macam kajian seperti fiqih, tafsir, tasawuf, dan tadarus Alquran. Ponpes Sepuh Payaman ini sudah ada sejak 1930 silam yang di gagas oleh KH Muhammad Siradj. Pada tahun ini sekitar 200 lansia nyantri di Payaman.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Santri sepuh membaca Alquran usai mengikuti kajian sore di Pondok Pesantren Sepuh Payaman, Masjid Agung Payaman, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (10/4/2023). Setiap Ramadhan warga lanjut usia berdatangan ke Payaman untuk nyantri. Sejak awal Ramadhan santri lansia atau sepuh ini mengikuti berbagai macam kajian seperti fiqih, tafsir, tasawuf, dan tadarus Alquran. Ponpes Sepuh Payaman ini sudah ada sejak 1930 silam yang di gagas oleh KH Muhammad Siradj. Pada tahun ini sekitar 200 lansia nyantri di Payaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto menegaskan komitmennya memberantas buta huruf Alquran di Indonesia, khususnya di desa-desa di Tanah Air.

“Kita lihat fakta di lapangan, sekarang yang buta huruf Alquran itu sangat banyak, sekitar 65 persen," kata Yandri dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (11/7/2025).

Baca Juga

Hal tersebut dia sampaikan saat memberikan sambutan dalam pembukaan pelatihan dan pembekalan 10.000 Mualim Al Quran Majlis Taklim yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembelajaran Qiroatil Quran (LPQW) Indonesia di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (10/7/2025).

Menurut Yandri, terdapat kemungkinan masyarakat tidak bisa membaca huruf Alquran karena keterbatasan dalam memperoleh pendidikan atau pengajaran terkait hal tersebut.

"Bisa jadi, bukan mau mereka tidak bisa baca Alquran, bukan maunya mereka. Tapi, kita mungkin belum mengajarkannya, belum memberikan pelatihan cara belajar yang benar atau kalau pun mereka sudah belajar mungkin metode cara pembelajarannya belum tepat," ujar Yandri.

Oleh karena itu, menurut dia, diperlukan metode pembelajaran serta pengajar yang tepat. "Dua-duanya mesti ketemu antara yang mengajar dan yang belajar, mesti ada simbiosis mutualisme, harus saling menguntungkan, harus saling memahami," kata dia.

Yandri menyampaikan beberapa waktu lalu, Kemendes PDT bersama Kementerian Agama (Kemenag) melakukan penandatanganan nota kesepahaman untuk pemberantasan buta huruf Alquran di Indonesia. Ia mengatakan program pelatihan 10.000 mualim atau guru membaca Alquran itu akan menjadi solusi dan tindak lanjut dari kerja sama antara Kemendes PDT dan Kemenag.

Ia mengatakan dengan berjalannya program itu, pemberantasan buta huruf Alquran akan bisa diatasi melalui para guru yang sudah dilatih dengan baik.

“Oleh karena itu, pelatihan ini bagian dari tindak lanjut kami bersama Kementerian Agama. Insya Allah menjadi kenyataan di lapangan, sehingga nanti satu desa satu majelis taklim, kemudian pemberantasan buta huruf Alquran. Kita juga menghidupkan kembali masjid-masjid dan mushala,” ujar mantan wakil ketua MPR itu.

Yandri mengatakan keberhasilan program pelatihan 10.000 mualim dan mualimah tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menyukseskan Asta Cita ke-6 Presiden Prabowo Subianto, yaitu membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.

Ia mengatakan pembangunan desa dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan langkah membangun infrastrukturnya, tetapi juga sumber daya manusia (SDM) di desa.

“Asta Cita ke-6 itu, artinya juga membangun manusianya, bukan hanya membangun desa dalam artian membangun jalan membangun lain-lain, tapi membangun manusianya juga penting, yaitu membangun karakter, membangun moral dengan landasan agama yang kuat,” ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement