REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Bantuan kemanusiaan yang seharusnya masuk Gaza, Palestina terhambat lagi. Pemerintah Palestina di Jalur Gaza, Sabtu (3/8/2025), menyatakan sebagian besar dari 36 truk bantuan yang diizinkan Israel masuk pada Jumat telah dijarah di tengah situasi keamanan yang sengaja dibuat kacau oleh militer Zionis.
Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh Israel menjalankan "kebijakan kekacauan dan kelaparan" di wilayah tersebut. Mereka menyebut bahwa truk-truk bantuan menjadi sasaran penjarahan sebagai bagian dari "rencana penghancuran sistematis" yang bertujuan membuat warga Gaza kelaparan.
Pekan lalu, Program Pangan Dunia (WFP) PBB memperingatkan bahwa sepertiga penduduk Gaza tidak mendapat makanan selama beberapa hari berturut-turut akibat blokade Israel. WFP memperkirakan satu dari empat warga Palestina di Gaza menghadapi kondisi mirip kelaparan, dan sekitar 100 ribu perempuan serta anak-anak mengalami malnutrisi akut.
Israel telah memblokade Gaza selama 18 tahun. Sejak 2 Maret 2025 lalu, seluruh perbatasan ditutup, memblokir masuknya bantuan kemanusiaan dan memperburuk kondisi yang sudah kritis di wilayah tersebut. Pejabat Palestina mengatakan sedikitnya 600 truk bantuan diperlukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan 2,4 juta jiwa penduduk Gaza.
Sejak 7 Oktober 2023, militer Israel melancarkan perang genosida ke Gaza yang telah menewaskan lebih dari 60.300 warga Palestina. Serangan tanpa henti ini menghancurkan wilayah kantong tersebut dan menyebabkan krisis pangan yang semakin parah.
Kondisi kelaparan akut warga Palestina yang disengaja oleh Israel ini diperparah dengan sulitnya penduduk mendapatkan bantuan. Mereka harus mengorbankan nyawa karena dihujani peluru saat mengantri makanan.