Senin 25 Aug 2025 17:58 WIB

Pimpinan MPR Jelaskan Peta Jalan Riset-Inovasi Butuh Perencanaan

MPR tekankan peta jalan riset-inovasi untuk topang pertumbuhan ekonomi.

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat.
Foto: dok republika
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menilai perlu ada peta jalan yang jelas dan dapat dipahami semua pihak terkait pembangunan sektor pendidikan, mencakup riset dan inovasi, yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

"Langkah untuk mendorong riset dan inovasi yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional melibatkan banyak pihak sehingga membutuhkan perencanaan yang jelas dan mudah dipahami pihak-pihak terkait," kata Rerie, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.

Baca Juga

Terlebih, lanjut dia, sektor dunia usaha yang berperan menggerakkan perekonomian sangat membutuhkan kepastian dalam setiap upaya yang dilakukan.

Dia lantas menyitir pernyataan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Republik Indonesia Brian Yuliarto di Bandung, Jawa Barat, pekan lalu, yang menegaskan riset dan inovasi menjadi jalan utama bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan middle income trap.

Dalam pernyataannya, lanjut dia, Brian menegaskan pentingnya penguatan industri berbasis sains dan teknologi agar mampu memberikan lompatan pertumbuhan ekonomi.

Anggota Komisi X DPR RI itu berharap keyakinan Mendiktisaintek untuk mendorong riset dan inovasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional itu mendapat dukungan semua pihak.

Dengan demikian, tambah dia, Indonesia mampu menjadi negara maju dan berdaya saing di masa depan demi mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara merata berdasarkan Pancasila.

Menurut dia, pembangunan di sektor pendidikan dan ekonomi yang selaras serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga saat ini masih menghadapi berbagai tantangan yang harus dijawab.

Dia mengingatkan tantangan tersebut di antaranya, dalam bentuk kurikulum yang tidak relevan dengan kebutuhan industri; kualitas guru dan infrastruktur yang belum memadai; serta kurangnya sinergi antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan.

"Belum lagi, kendala keterbatasan anggaran, ketimpangan akses pendidikan, dan budaya yang belum sepenuhnya menghargai pendidikan vokasi," ujarnya.

REPUBLIKA.CO.ID,

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement