Senin 22 Sep 2025 17:29 WIB

AKPRIND Bantu Peternak Bantul Tingkatkan Kesejahteraan Lewat Digitalisasi Pengolahan Limbah Kambing

Tim AKPRIND menghadirkan dua alat utama untuk mendukung program ini.

Tim Pengabdi AKPRIND menyerahkan alat-alat teknologi tepat guna kepada mitra peternak kambing di Kalurahan Sitimulyo Bantul Yogyakarta.
Foto: dokpri
Tim Pengabdi AKPRIND menyerahkan alat-alat teknologi tepat guna kepada mitra peternak kambing di Kalurahan Sitimulyo Bantul Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas AKPRIND Indonesia kembali mengukir prestasi melalui program pengabdian masyarakat yang inovatif. Kali ini, tim dosen dari AKPRIND berhasil membawa angin segar bagi para peternak kambing di Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Melalui penerapan teknologi tepat guna dan digitalisasi, mereka mengubah limbah kotoran kambing yang selama ini dianggap sepele menjadi sumber pendapatan baru berbasis 'green economy'.

Program bertajuk "Penerapan Teknologi Tepat Guna dan Digitalisasi dalam Pengolahan Limbah Kambing Berbasis Green Economy" ini digagas untuk mengatasi masalah klasik yang dihadapi peternak, yaitu pengelolaan limbah yang kurang efektif. Kotoran kambing yang menumpuk tidak hanya menimbulkan bau tak sedap dan masalah kebersihan, tetapi juga membuang potensi ekonomi yang besar.

"Kami melihat ada potensi luar biasa pada limbah kotoran kambing ini. Jika diolah dengan benar, bisa menjadi pupuk kompos organik berkualitas tinggi yang sangat dibutuhkan petani. Di sisi lain, rumput organik yang melimpah juga bisa dioptimalkan," ujar Catur Iswayudi, SKom, MCs, MTA, selaku Ketua Tim Pengabdian. Ia didampingi oleh dua anggota tim, Drs Sunarsih, MSc dan Dr Suprani Setyowati Rahayu, MSi, yang masing-masing memiliki keahlian di bidangnya.

Tim AKPRIND menghadirkan dua alat utama untuk mendukung program ini: mesin pencacah rumput organik dan mesin mixer kompos. Mesin pencacah berfungsi untuk memproses rumput dan bahan organik lain menjadi ukuran yang lebih kecil, mempercepat proses fermentasi dan dekomposisi. Sementara itu, mesin mixer kompos digunakan untuk mencampur kotoran kambing dengan bahan organik lain secara merata, memastikan kualitas pupuk kompos yang dihasilkan seragam dan optimal.

Namun, inovasi tidak berhenti pada alat fisik saja. Aspek digitalisasi menjadi pembeda utama dalam program ini. Tim pengabdi memperkenalkan sistem digitalisasi manajemen ternak dan pakan. Sistem ini dirancang untuk membantu peternak mencatat data harian, mulai dari jumlah pakan yang diberikan, pertumbuhan ternak, hingga jadwal vaksinasi. Dengan data yang terkelola dengan baik, peternak dapat membuat keputusan yang lebih akurat untuk meningkatkan efisiensi dan kesehatan ternak.

"Manajemen digital ini sangat membantu kami. Dulu, semua serba manual. Sekarang, kami bisa tahu dengan pasti berapa pakan yang harus diberikan dan kapan waktunya. Ternak juga jadi lebih sehat," tutur salah seorang peternak, Sarjono, yang menjadi anggota kelompok ternak di Desa Srimulyo.

Proses pengolahan limbah kotoran kambing menjadi pupuk kompos organik ini juga diajarkan secara detail kepada kelompok peternak. Mereka dilatih untuk mengoperasikan mesin, memahami rasio campuran bahan, hingga proses pengemasan produk akhir. Produk pupuk kompos yang dihasilkan tidak hanya untuk konsumsi sendiri, tetapi juga memiliki potensi besar untuk dijual ke pasar lokal, menciptakan aliran pendapatan baru bagi para peternak.

Pengembangan ekonomi berkelanjutan ini sejalan dengan konsep 'green economy' atau ekonomi hijau, yang mengedepankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Limbah yang tadinya mencemari lingkungan, kini diubah menjadi produk bernilai jual tinggi.

"Program ini adalah wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Kami berharap teknologi dan pengetahuan yang kami berikan dapat berkelanjutan dan memberikan dampak positif jangka panjang bagi kesejahteraan peternak dan lingkungan sekitar," tambah Drs Sunarsih, MSc.

Dampak positif dari program ini mulai terlihat. Kotoran kambing yang menumpuk kini mulai berkurang drastis, kebersihan kandang terjaga, dan bau tidak sedap pun jauh berkurang. Lebih dari itu, para peternak kini memiliki keterampilan baru yang membuka peluang bisnis lain di luar menjual ternak hidup. Inovasi ini tidak hanya menjadi contoh sukses dari sinergi antara akademisi dan masyarakat, tetapi juga menjadi model bagi desa-desa lain yang memiliki potensi serupa.

Dengan sentuhan teknologi dan manajemen yang tepat, limbah bisa menjadi berkah, dan ekonomi lokal bisa tumbuh subur dengan cara yang ramah lingkungan. Program pengabdian AKPRIND di Desa Srimulyo ini membuktikan bahwa teknologi, sekecil apa pun, bisa membawa perubahan besar. Dari kotoran kambing yang dianggap tak berguna, lahir sebuah 'green economy' yang menjanjikan, meningkatkan kesejahteraan dan martabat para peternak. Pengabdi mengucapkan terima kasih kepada Universitas AKPRIND Indonesia dan Direktorat Pengabdian Pada Masyarakat DPPM Kementrian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi atas fasilitas dan pendanaan yang berikan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement