Kamis 25 Sep 2025 05:20 WIB

Bahaya Lidah dan Perut, Pesan Imam Ghazali dalam Raudhatut Thalibin

ada 20 bahaya lidah yang harus diwaspadai.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Teladan Imam Ghazali dalam tradisi ilmiah (ilustrasi), ilustrasi ulama
Foto: republika
Teladan Imam Ghazali dalam tradisi ilmiah (ilustrasi), ilustrasi ulama

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di era media sosial yang penuh ujaran kebencian dan gaya hidup konsumtif, pesan klasik Imam al-Ghazali dalam kitab Raudhatut Thalibin wa Umdatus Salikin terasa semakin relevan. Karya besar yang kini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul "Taman Kebenaran" itu mengingatkan umat Islam akan dua hal penting yang kerap menjerumuskan manusia, yaitu lidah dan perut.

Imam Ghazali menyebutkan setidaknya ada 20 bahaya lidah yang harus diwaspadai. Di antaranya berbicara tentang sesuatu yang tidak bermanfaat, berkata berlebihan, membicarakan kebatilan, mengundang permusuhan, hingga mengumpat. Menurutnya, menjaga lisan berarti menyelamatkan diri dari dosa besar di dunia maupun akhirat.

Baca Juga

“Ketika seseorang membatasi pembicaraan yang tidak bermanfaat, maka ia tidak berdosa dan tidak mendapatkan bahaya di dunia maupun akhirat,” tulis Imam Ghazali dalam kitab tersebut.

Selain lidah, Imam Ghazali juga menekankan pentingnya menjaga perut. Baginya, perut adalah tambang segala kebaikan maupun keburukan. Dari apa yang dikonsumsi seseorang, lahirlah amal perbuatan. Karena itu, beliau mengingatkan agar setiap Muslim berhati-hati dari makanan haram, syubhat, maupun sikap berlebihan dalam makan.

“Jika engkau berniat untuk beribadah kepada Allah, engkau harus menjaga perut dari makanan haram, subhat, atau sikap berlebihan,” pesan Imam Ghazali.

Kitab Raudhatut Thalibin tidak hanya berbicara soal tasawuf dan perjalanan spiritual, tetapi juga membimbing umat Islam dalam membangun kepribadian. Relevansinya semakin terasa di tengah tantangan zaman sekarang, ketika ujaran kasar mudah viral di media sosial dan gaya hidup berlebihan menjadi tren.

Dengan membaca karya Imam Ghazali ini, umat Islam diingatkan bahwa spiritualitas bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi juga bagaimana mengendalikan diri dari dua pintu besar dosa, yakni lidah dan perut.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement