REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zuhud merupakan proses membersihkan hati dari cinta berlebihan terhadap dunia, sehingga hati memiliki ruang yang lebih besar untuk diisi dengan cinta kepada Allah dan amal shalih.
Allah berfirman dalam Ali Imran ayat 31,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Arab-Latin: Qul ing kuntum tuḥibbụnallāha fattabi’ụnī yuḥbibkumullāhu wa yagfir lakum żunụbakum, wallāhu gafụrur raḥīm
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Hati yang bersih dari keterikatan dunia adalah hati yang tenang, dan hati yang tenang adalah kunci menuju kebahagiaan sejati.
Berikut ini adalah manfaat gaya hidup zuhud.
1. Membebaskan Hati dari Ketergantungan (Melepaskan Kecemasan)
Kebahagiaan yang dicari di dunia ini seringkali berupa perasaan tenang dan bebas dari kekhawatiran.
Zuhud memutus keterikatan
Kebahagiaan duniawi (hedonisme) menjadikan hati terikat pada harta, status, atau pujian manusia. Keterikatan ini melahirkan dua sumber penderitaan utama:
Kecemasan saat mengejar
Stres karena harus terus-menerus berusaha mendapatkan lebih banyak.
Kesedihan saat kehilangan
Rasa sakit yang luar biasa ketika harta, jabatan, atau popularitas hilang.
Mencapai Ketenangan (Qana'ah)
Dengan bersikap zuhud, hati tidak lagi menjadikan dunia sebagai tujuan akhir. Seseorang menjadi merasa cukup (qana'ah) dengan apa yang Allah berikan.
Ketika hati sudah merasa cukup, ia terbebas dari siklus kecemasan mengejar dan kesedihan kehilangan. Inilah bentuk kebahagiaan batin yang tidak bisa dibeli.