Rabu 01 Oct 2025 06:06 WIB

Bakal Awasi Gaza, Ini Jejak Tony Blair Picu Kekacauan di Palestina

Blair disebut dalam proposal Trump bakal terlibat dewan pengawas pemerintahan Gaza.

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair di Kastil Windsor, di Windsor, Inggris, pada 2022. Ia salah satu yang memicu kondisi Gaza yang terkepung.
Foto: AP/Ben Stansall/AFP Pool
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair di Kastil Windsor, di Windsor, Inggris, pada 2022. Ia salah satu yang memicu kondisi Gaza yang terkepung.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Usulan 20 poin gencatan senjata yang dilansir Presiden AS Donald Trump kemarin menegaskan peran mantan perdana menteri Inggris Tony Blair dalam dewan pengawas pemerintahan transisi di Gaza. Penunjukan itu membuat peran Blair ikut memicu kondisi saat ini di Gaza disoroti.

The Guardian dalam analisisnya menuliskan Blair sebagai arsitek utama dari invasi yang membawa bencana ke Irak, pendukung interpretasi sempit terhadap ekstremisme Islam sebagai tantangan keamanan utama dunia, dan seorang tokoh yang dituduh mengaitkan kepentingan bisnisnya dengan advokasi politiknya. Dalam hal-hal itu ia dinilai seiring dengan era baru Trump.

Baca Juga

Belum jelas apa peran Blair dalam skema proposal Trump. Hanya dituliskan dalam rilis dari Gedung Putih bahwa GAza akan dipimpin pemerintahan transisi yagng terdirid ari teknokrat Palestina yang bakal diawasi oleh “Dewan Perdamaian”. “Dewan Perdamaian yang akan dipimpin dan diketuai oleh Presiden Donald J Trump, dengan anggota dan kepala negara lainnya akan diumumkan, termasuk mantan perdana menteri Tony Blair.”

Meski sempat terlibat proses perdamaian di Irlandia dan Balkan, jejaknya di Timur Tengah lebih kelam. Tahun-tahunnya di Yerusalem bekerja untuk Kuartet Timur Tengah – yang mewakili PBB, Uni Eropa, AS dan Rusia – dipandang sebagai keberhasilan yang moderat oleh para diplomat, sementara orang-orang Palestina melihatnya sebagai hambatan bagi upaya mereka untuk mencapai kemerdekaan.

Ia diangkat dengan dukungan presiden AS saat itu, George Bush, dan mantan sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon, namun Uni Eropa dan Rusia kurang antusias. Peran Blair sejak awal agak ompong, hanya terfokus pada pembangunan ekonomi, dan para pejabat Palestina mengeluh bahwa dia lebih bersimpati kepada Israel.

photo
Pengungsi Palestina meninggalkan Jalur Gaza utara sambil berjalan membawa barang-barang mereka di sepanjang jalan pantai, dekat Wadi Gaza, Rabu, 24 September 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Bahkan pada tahun sebelum ia menjadi utusan Kuartet, tindakan Blair dipandang oleh beberapa orang sebagai kontribusi terhadap krisis yang terjadi selama dua dekade di Gaza setelah pemilu pada 2006.

Pemungutan suara tersebut dimenangkan oleh Hamas, pada saat kelompok tersebut tampak lebih terbuka terhadap keterlibatan politik, namun Blair memihak Bush dan Israel dalam menolak hasil pemilu tersebut. Dia mendukung boikot terhadap Hamas, sehingga Fatah tetap berkuasa di Otoritas Palestina, meskipun dia kemudian bertemu dengan para pemimpin Hamas.

Boikot tersebut berkontribusi pada perselisihan yang memuncak pada pengambilalihan Gaza dengan kekerasan oleh Hamas pada 2008. Blair terlambat mengakui pada tahun 2017 bahwa komunitas internasional seharusnya mencoba “berdialog dengan  Hamas” tetapi tindakan selanjutnya menimbulkan skeptisisme lebih lanjut.

photo
Masyarakat memegang tanda saat berdemonstrasi menentang kunjungan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair ke Kastil Windsor, di Windsor, Inggris, Senin, 13 Juni 2022. - (AP/Matt Dunham)

“Ketika ia menjadi utusan Kuartet, beberapa orang percaya karena latar belakangnya [menjadi perdana menteri Inggris] ia akan menganggap serius pekerjaan itu dan kemajuan akan tercapai,” kata Xavier Abu Eid, mantan pejabat di tim perundingan diplomatik PLO, dilansir the Guardian.

"Sikapnya menjadi jelas ketika warga Palestina meminta bantuannya dalam isu-isu seperti penghancuran rumah di Israel. Dia mengatakan ‘saya mempunyai mandat politik’. Namun kemudian pada 2011 ketika Palestina mengajukan permohonan ke PBB untuk meminta pengakuan dan keanggotaan, menjadi jelas bahwa dia melakukan lobi untuk menentangnya."

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement