REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti laporan Bank Dunia yang menyebut pekerja informal di Indonesia makin banyak, terutama generasi muda. Ia menegaskan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat bisa mengurangi jumlah pekerja di sektor informal secara bertahap.
“Ya karena growth-nya lambat kan kemarin-kemarin. Kalau kita ciptakan growth yang lebih cepat, nanti yang informal-informal itu pelan-pelan akan berkurang,” ujar Purbaya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Menurutnya, pekerja informal memiliki penghasilan tidak menentu sehingga perlambatan ekonomi berdampak langsung pada kesejahteraan mereka. “Jadi kita sedang coba balikan arah pertumbuhan ekonomi kita. Ya kalau pertumbuhan ekonomi. Karena informal kan kadang-kadang income-nya nggak menentu kan,” tambah dia.
Purbaya menanggapi proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 di bawah 5 persen. Ia optimistis triwulan keempat akan lebih baik karena ekonomi mulai bangkit dari 8 persen ke 11 persen pada beberapa sektor.
“Mungkin ya triwulan ketiga akan lambat karena emang pelambatan kemarin kan. Anda lihat demo-demo itu kan. Itu sebetulnya indikasi ekonomi yang melambat. Cuman kan triwulan keempat akan tumbuh lebih cepat kan. Sekarang kita udah tumbuh di satu bangkit dari 8 ke 11 persen naiknya. Saya harapkan di tempat lain juga seperti itu. Dan saya yakin ekonomi kita triwulan keempat tumbuhnya akan di atas 5 persen, prediksnya 5,5 persen Triwulan keempat aja ya. Artinya saya nggak penting pernah jatuh. Yang penting ke depan arahnya kemana.Karena akan lihat ke depan akan naik terus.Bukan meroket,” tutur dia.
Ia menekankan fokus pemerintah bukan hanya pada angka defisit, tapi pada arah dan efisiensi pengeluaran. Hal ini sejalan dengan rekomendasi Bank Dunia agar prioritas belanja diarahkan untuk subsidi pangan, transportasi, energi, dan investasi yang mendorong permintaan agregat.
“Di Indonesia, permasalahannya lebih pada arah pengeluaran pemerintah daripada besarnya defisit yang diperkirakan akan tetap berada dalam aturan fiskal negara. Misalnya fokus saat ini adalah subsidi untuk sektor pangan, transportasi dan energi, serta investasi yang diarahkan untuk mendorong permintaan agregat,” ujar Purbaya menambahkan.
Purbaya juga menekankan pentingnya reformasi struktural untuk meningkatkan potensi pertumbuhan dan lapangan kerja produktif. Deregulasi, penyederhanaan perizinan, dan penghapusan hambatan non-tarif diharapkan bisa memindahkan pekerja dari pekerjaan berproduktivitas rendah ke sektor yang lebih produktif.
“Meningkatkan produktivitas lapangan kerja sangat penting bagi sebagian besar perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik karena produktivitas tenaga kerja masih relatif rendah dan di bawah rata-rata global,” kata dia.
Ia juga menyoroti kondisi pekerja muda di Indonesia, yang tingkat penganggurannya hampir 15 persen, sehingga banyak bekerja di sektor informal. Hal ini, menurutnya, dapat membuat masyarakat kelas menengah menjadi rentan miskin dan menghambat laju pertumbuhan ekonomi.