Rabu 08 Oct 2025 05:10 WIB

Anggap Ambrolnya Pesantren Al Khoziny Musibah, Gus Yasin Minta Keluarga Korban Ikhlas

Para santri yang menjadi korban dinilai meninggal dalam keadaan baik.

Rep: Kamran Dikarma, Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Taj Yasin Maimoen.
Foto: jatengprov
Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Taj Yasin Maimoen.

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG — Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin berbelasungkawa atas insiden ambruknya bangunan di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Terdapat 171 korban dalam insiden tersebut, terdiri dari 104 selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk delapan potongan tubuh atau body part.

Menurut Gus Yasin, ambrolnya bangunan di Ponpes Al Khoziny merupakan sebuah musibah. "Saya harap kepada keluarga korban atau santri Al Khoziny yang meninggal dunia harus benar-benar ikhlas," kata Gus Yasin saat diwawancara di kediamannya di Kota Semarang, Selasa (7/10/2025). 

Baca Juga

Gus Yasin mengungkapkan, para santri yang menjadi korban, meninggal dalam keadaan baik. "Ini merupakan tujuan sebenarnya dalam kehidupan, apalagi meninggal dalam keadaan belajar, ada di dalam musala saat mau sholat, sehingga ini tujuan kita hidup, yaitu ke surga Allah SWT," ucapnya. 

Merespons insiden di Ponpes Al Khoziny, Gus Yasin mengatakan akan melakukan sosialisasi ke ponpes-ponpes di Jateng untuk lebih memperhatikan keamanan konstruksi dan struktur bangunan, termasuk terkait kepatuhan terhadap peraturan pendirian bangunan. 

photo
Pembersihan puing reruntuhan gedung mushala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, telah selesai dilakukan pada Selasa (7/10/2025). - (Dok BNPB)

Gus Yasin mengakui, dalam dunia kepesantrenan, terdapat istilah "roan", yakni ketika para santri bergotong royong, termasuk ketika ponpesnya tengah melakukan pembangunan. "Para santri yang mengikuti ini bukan menjadi mandor, mereka hanya pekerja saja; seperti membawakan bata, tanah, semen, untuk percepatan pembangunan. Tapi yang memegang (memimpin) itu adalah orang yang memiliki ilmu bangunan," ucapnya. 

Menurut Gus Yasin, pengerahan para santri terbanyak berlangsung jika ponpes tengah melakukan pengecoran. "Karena di pengecoran itu kan tidak semua pondok pesantren lokasinya bisa pakai alat berat, sehingga mereka harus manual," katanya. 

"Karena pengecoran tidak boleh waktunya panjang, harus selesai seketika, maka digerakanlah santri-santri untuk mempercepat itu," tambah Gus Yasin.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاَذَانٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖٓ اِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْاَكْبَرِ اَنَّ اللّٰهَ بَرِيْۤءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ ەۙ وَرَسُوْلُهٗ ۗفَاِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى اللّٰهِ ۗوَبَشِّرِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ
Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,

(QS. At-Taubah ayat 3)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement