REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menempati posisi kedua sebagai pengguna sosial media terbanyak di Asia Tenggara setelah Filipina. Hal ini membuat kita dengan mudah menemukan berbagai hal di ranah sosial media.
Melihat hal tersebut, Mindtalk secara resmi merilis Sentigram. Platform ini mampu mengukur sentimen masyarakat (pengguna sosial media) terhadap satu hal (brand).
"Salah satu keunggulannya adalah kita dapat mengukur pandangan orang terhadap satu brand itu seperti apa," ujar Danny Oei Wirianto, co-founder mindtalk.com dalam peluncuran Sentigram, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Danny menjelaskan, dalam pola kerjanya, Sentigram akan mengambil data percakapan di enam sosial media representatif, yaitu Facebook, Twitter, Mindtalk, Kaskus, Kompasiana, dan Detik Forum.
Nantinya tingkat sentimen dari tiap percakapan akan diukur dalam delapan server yang dimiliki Sentigram. Data tersebut kemudian diolah menggunakan Support Vector Machine (SVM).
Dalam SVM tersebut, tiap postingan yang merupakan hal negatif akan dimasukkan dalam kategori negatif dan hal positif dalam sentimen positif. Semua itu didasarkan algoritma yang kata kuncinya sudah didesain untuk mengidentifikasi berbagai bahasa. Mulai dari Bahasa Indonesia hingga bahasa gaul sekalipun.
"Dan ini real time. Hasil yang dimunculkan sangat cepat," kata Danny.
Danny menjelaskan, Sentigram juga sudah menyiapkan algoritma yang dapat mendeteksi akun-akun palsu sebagai bentuk verifikasi terhadap data. Mulai dari pola dan aktivitas yang diposting pada platform, sampai pola perubahan sentimen akun.
"Akun yang duplikat nggak kita ambil. Kita juga lihat polanya, kapan dia bikin akun, pola jadwal posting, sampai bagaimana awalnya mereka berkomentar positif atau negatif," jelas Danny.
Sebagai pilot project, Sentigram mengukur tingkat sentimen terhadap dua kandidat capres-cawapres yang hasilnya telah dipublikasi dalam website resmi mereka.