REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Mesin pencari internet Cina, Baidu baru saja merilis sebuah program yang dapat mengkloning suara setelah mendengarnya dalam hitungan detik. Perkembangan ini merupakan perkembangan terbaru dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) negeri Panda tersebut.
Tak hanya itu, perangkat lunak ini juga bisa mengubah suara sesuai dengan jenis kelamin atau bahkan aksen yang berbeda. Contohnya anak-anak bisa mendengar suara orang tuanya membacakan sebuah cerita meskipun orang tua sedang berada jauh dari anaknya atau memiliki suara duplikat yang dibuat untuk orang yang kehilangan kemampuan berbicara.
Selain itu, teknologi bisa digunakan untuk membuat asisten digital yang dipersonalisasi dan layanan terjemahan ucapan yang terdengar lebih alami. Namun, seperti banyak teknologi, kloning suara ini disertai dengan risiko penyalahgunaan.
New Scientist melaporkan program tersebut mampu menghasilkan satu suara yang menipu perangkat lunak pengenalan suara dengan akurasi lebih dari 95 persen dalam tes. Manusia bahkan menilai suara kloning mendapat skor 3,16 dariempat.
Seperti yang dikutip dari Science Alert, Senin (5/3), program yang ada bisa menggunakan AI untuk menggantikan dan mengubah individu dalam video. Saat ini sebagian besar digunakan di internet untuk lelucon seperti memasukkan Nicolas Cage ke dalam seri Lord of The Rings.
Risiko lainnya adalah lebih banyak berita palsu dari politisi yang suaranya dikloning untuk mengatakan hal-hal yang tidak mereka inginkan. Akan ada lebih banyak masalah jika teknologi ini jatuh ke tangan yang salah.
Sebelumnya, tim peneliti Baidi Deep Voice pernah mengenalkan teknologi pengkloningan suara pada 2017. Teknologi itu bisa mengkloning suara dengan materi pelatihan selama 30 menit.