REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan transportasi dalam jaringan, Grab Indonesia mencatat pendapatan mitra pengemudi dan agen di Tanah Air. Dari data yang dihimpun, pendapatan para mitra dan agen mencapai Rp 49 triliun berdasarkan hasil riset pada 2018.
"Ini bukan penghasilan Grab, ini penghasilan mitra kami. Buat pemerintah, itu ekonomi yang dihasilkan besar sekali," kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi di Jakarta, Senin (16/9).
Ia menyebutkan dari total jumlah tersebut, sebanyak Rp 46,14 triliun di antaranya berputar di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek). Dari hasil riset, lanjut dia, juga menyebutkan tingkat pengangguran bisa dipangkas 38 persen pengemudi ojek Grab motor, 33 persen pengemudi mobil dan 31 persen agen yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan.
Mitra yang sebelumnya memiliki pekerjaan, ia mengklaim penghasilannya meningkat rata-rata 114 persen untuk pengemudi mobil dan 113 persen untuk motor. "Ini berdampak langsung kepada masyarakat tanpa perantara," katanya.
Begitu juga dengan agen pedagang, lanjut dia, pendapatannya juga naik 60 persen. Sementara itu, penjualan makanan yang diantar juga naik 25 persen di wilayah Jabodetabek.
"Kami ingin supaya pertumbuhan wirausaha mikro menjadi lebih maju, sekarang itu mitra wirausaha kami di Indonesia ada 5 juta," ucap Neneng. Perusahaan jasa dan transportasi berbasis aplikasi itu, lanjut dia, kini hadir di 224 kota dan 515 wirausaha di seluruh Indonesia.