REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pada 2017 sampah elektronik, seperti kulkas, televisi, telepon genggam, komputer, monitor, dan jenis sampah elektronik lainnya diperkirakan setara dengan 200 Empire State Buildings, gedung pencakar langit di New York yang memiliki tinggi puncak 381 meter.
Perkiraan ini dibuat berdasarkan data yang dikumpulkan organisasi PBB, pemerintah, nonpemerintah, dan lembaga ilmu pengetahuan dengan kemitraan yang disebut “Mencari Solusi Masalah Sampah Elektronik (E-Waste)”. Dari data tersebut, sampah eletronik akan meningkat sepertiga dalam lima tahun mendatang. Negara penyumbang e-waste terbesar, yaitu Amerika Serikat dan Cina.
Sampai saat ini, data komprehensif mengenai sampah elektronik sulit dibuat karena definisinya yang berbeda. AS menggolongkan televisi dan komputer sebagai e-waste. Sedangkan, negara-negara Eropa menggolongkan segala benda yang memiliki baterai atau kabel sebagai benda elektronik.
“Karena itulah kami mengembangkan peta e-waste. Ini pertama kalinya kami memperkenalkan data yang bisa dibandingkan,” ujar Ruediger Kuehr dari United Nation University di Jerman, seperti dilansir Live Science, Ahad (15/12).
Peta sampah elektronik menunjukkan data dari 184 negara beserta jumlah benda elektronik yang dihasilkannya di dunia dan berapa jumlah sampahnya. Dengan data ini pemerintah dan perusahaan diharapkan mampu mengatur sampah elektronik mereka.
Dunia memproduksi hampir 54 juta ton (49 juta metrik ton) sampah elektronik tahun lalu. Hal ini berarti setiap orang di dunia yang berjumlah tujuh miliar menghasilkan rata-rata 20 kilogram sampah elektronik.
Program penelitian tersebut memprediksi bahwa pada 2017 dunia menghasilkan sekitar 33 persen atau 72 juta ton sampah elektronik. Cina merupakan negara yang paling banyak memproduksi alat elektronik. Pada 2012 Cina memproduksi alat eletronik sekitar 12,2 juta ton. Diikuti oleh AS yang memproduksi sekitar 11 juta ton.
Data dari Pusat Daur Ulang Elektronik Nasional AS (NCER) menunjukkan, AS menghasilkan 258, 2 juta komputer, monitor, televisi, dan ponsel bekas pada 2010. Sebanyak 171,4 juta di antaranya didaur ulang. Sedangkan, 14,4 juta lainnya diekspor. Amerika merupakan eksportir besar benda elektronik bekas.
Negara Eropa telah memiliki program daur ulang sampah elektronik selama lebih dari 10 tahun. Sedangkan di Amerika, hanya 25 negara bagian yang memulai program serupa.