REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran teknologi ponsel pintar dan tablet termutakhir yang didukung internet berkecepatan 4G harus disikapi dengan bijak. Pasalnya jika tidak, maka pelan-pelan namun pasti dapat menjadikan anak menjadi pribadi yang makin dimiskinkan.
Memang, kemajuan teknologi membawa banyak kemudahan bagi manusia. Namun, ada juga dampak negatifnya. Anak-anak kini asyik bercengkrama dengan beragam aplikasi gim di ponsel pintar, tablet dan komputer.
Bahkan, tidak sedikit yang kini suka nongkrong di game center hingga berjam-jam lamanya. Permainan berbasis teknologi memang kaya sensasi, mengasyikkan dan penuh fantasi.
Gim-gim modern menjadi lebih praktis karena tak memerlukan tanah lapang dan banyak teman seperti dalam permainan tradisional. Cukup sendirian di depan layar, seseorang bisa terjun dalam dunia permainan yang mengasyikkan. Namun kondisi ini justru membuat khawatir.
Peneliti Merapi Cultural Institute (MCI) Gendhotwukir mengatakan di balik kemudahan yang didapat dari gim-gim modern, ada aspek eksistensial seseorang yang makin tersamar.
Gim-gim modern yang makin canggih cenderung mengarahkan dan membentuk seseorang menjadi pribadi yang individualis dan egois. Anak benar-benar menjadi generasi ‘menunduk’. Anak cenderung menciptakan dunianya sendiri dan menikmatinya seorang diri. Ia semakin berjarak dari dunia nyata.
"Ia semakin teralienasi (terasing) dari dunia sekitarnya. Saking asyiknya, saat dipanggil pun kadang tidak mendengar. Egoisme terbentuk karena pembiasaan," kata dia, Selasa (17/5).
Anak membangun dunianya sendiri dalam mesin yang menakjubkan dan lambat laun mesin itu menguasainya. Karena kecanduan, anak tidak lagi merasakan diri sebagai pembawa aktif dari kekuatan dan kekayaannya, tetapi sebagai benda yang dimiskinkan, yang tergantung pada kekuatan di luar dirinya.
Dalam gim-gim modern anak bertamasya ke dunia bentukannya sendiri dan berkuasa atasnya. Tetapi sebenarnya, ia tidak mencipta fantasi maupun ilusi. Ia hanya memakai saja sarana yang sudah ada dan terformat sedemikian rupa.
"Ia masuk ke sebuah dunia mikrokosmos tanpa pengembaraan, tanpa keriangan dan rasa takjub. Ia hanya takjub pada citraan simulasi," ujar salah satu pendiri Rumah Baca Komunitas Merapi (RBKM) ini.
Kecanduan gim-gim daring akan memiskinkan makna bersosialisasi yang mengarah pada hilangnya kepekaan sosial. Kehadiran gim modern membawa manusia semakin terasing dari dunia riil. Anak bisa saja menjadi lupa dengan keberadaan alam sekitar dan sesamanya. Kecakapan sosial menjadi tidak terasah.
Oleh sebab itu, sudah selayaknya para orangtua bersikap bijak dan tegas. Mereka hendaknya mengetahui waktu yang tepat untuk memberikan gadget pada anak.
"Berikan batasan maksimal agar anak tidak kecanduan dan meluangkan waktu rekreasi keluarga tanpa gadget," kata Gendhotwukir.