REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON---Tidak ada yang heran bila Amerika Serikat disebut sebagai target utama gerakan mata-mata cyber masif yang mengancam sisi kompetitif negara tersebut. Status tersebut diungkapkan oleh komunitas intelijen AS, seperti yang dilaporkan Washington Post, Ahad (10/2).
Mengutip seorang pejabat intelijen yang tak ingin diungkap namanya, koran tersebut menyatakan kesimpulan muncul dari Estimasi Intelijen Nasional (NIE), sebuah laporan rahasia yang mewakili pandangan konsensus komunitas intelijen di negara itu.
Laporan mengidentifikaskan Cina sebagai negara paling agresif dalam upaya mempenetrasi sistem komputer bisnis dan lembaga AS demi memperoleh akses data yang bisa dimanfaatkan dan menguntungkan secara ekonomi, bunyi laporan tersebut.
Dokumen tersebut, menurut Post, mengidentifikasi sejumlah sektor-sektor penting yang menjadi kerap menjadi sasaran sarangan di dunia maya, mulai energi, keuangan, teknologi informasi, perusahaan otomotif dan penerbangan.