Selasa 26 Feb 2013 16:07 WIB

Internet Sehat? Siapa Takut

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Heri Ruslan
Mobil Internet
Foto: Antara
Mobil Internet

REPUBLIKA.CO.ID,  Internet bagaikan pedang. Ia bisa digunakan sebagai alat pembunuh jika berada di tangan yang salah. Tapi jika berada di tangan yang tepat, internet dapat pula memberi manfaat.

Tertangkapnya mahasiswa IPB sebagai pengelola situs porno memberi bukti bahwa internet bisa menjerumuskan seseorang ke lembah yang nista. Tapi tak sedikit pula lewat berselancar di dunia maya, kita bisa memperkaya pengetahuan, bahkan bisa menjadikannya sebagai sumber pemasukan yang halal.

Gugus Aryo Swandito, aktifis mahasiswa muslim dari Universitas Indonesia, menilai internet memang bagaikan pedang. ''Tergantung siapa yang memakai dan menggunakannya,'' kata dia dalam perbincangan kepada Republika di Jakarta.

Ia mengatakan sesungguhnya dunia internet itu memiliki potensi yang luar biasa. Internet, menurut dia, hanyalah sebuah fasilitas yang ada di masa sekarang dan keberadaannya tak bisa lagi ditampik oleh generasi muda.

''Seharusnya memang bisa menjadi sumber peningkatan kesejahteraan serta menjadi upaya untuk memajukan peradaban Islam,'' kata mantan ketua umum Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) ini.

Namun untuk di Indonesia, kata Gugus, pemanfaatan internet memang masih perlu ada penanganan lebih lanjut. Penanganan ini sebagai upaya untuk mencegah penggunaan internet secara tak sehat alias untuk berselancar membuka situs porno.

Menurut Gugus, masih banyaknya penggunaan internet secara negatif karena kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Jika lingkungan mampu memberikan warning dan sikap tegas terhadap pemakaian internet secara tak sehat, kata dia, dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari internet bisa saja direduksi.

''Memang dari rumah dan orangtua sangat berperan besar. Jika mereka sudah memiliki ilmu dan keimanan yang kuat maka hal-hal negatif yang bisa muncul dari dunia internet, insya allah bisa diatasi dan tak akan memberikan pengaruh kepada para penggunanya,'' kata mahasiswa jurusan Akuntansi angkatan 2008 ini.

Bagaimana dengan pemerintah? Ia menilai pemerintah masih belum terlalu all out untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan dari pemakaian internet.

Ia memberi contoh kalau usaha pemblokiran situs porno masih belum sepenuhnya berhasil. ''Ada masanya dapat terbuka tetapi memang kemudian bisa tertutup lagi. Ini menunjukkan bahwa kesannya pemerintah masih belum konsisten.''

Lantas untuk menciptakan internet sehat, menurut Gugus, pemerintah hendaknya mulai memikirkan untuk membuat regulasi yang lebih ketat terhadap pengelolaan operasional warung internet (warnet). Warnet saat ini, kata dia, begitu menjamur.

Regulasi yang dibutuhkan terhadap warnet ini, lanjutnya, terkait dengan pelarangan kepada anak-anak sekolah berada di warnet di jam sekolah. ''Selain itu warnet juga harus bisa diberikan sangsi tegas jika terbukti memberikan akses kepada situs-situs yang mengandung hal negatif,'' ujarnya.

Sementara itu Fery Subakti, aktifis Lembaga Dakwah Kampus dari Universitas Negeri Yogyakarta, mengatakan pemakaian internet itu bisa menjadi baik atau buruk tergantung kepada pemakainya. ''Jika memang sudah berpikiran buruk tentunya akan menjadi negatif lah keberadaan internet itu. Sebaliknya jika kita ingin memanfaatkan secara positif maka di sana akan banyak ilmu yang bisa didapat,'' katanya.

Menurut dia, mahasiswa masa kini sudah tak bisa lagi dipisahkan dengan dunia internet. Bahkan ia mengatakan, melalui internet dakwah dapat pula dilakukan. Ia memberi contoh bagaimana sosial media seperti Twitter dan Facebook memberikan peran yang cukup efektif dalam menyiarkan dakwah Islam.

Nah terkait upaya untuk menghadirkan internet sehat, Fery menyatakan, perlu adanya proses sosialisasi yang dilakukan terus menerus. Sosialisasi ini, kata dia, terkait pentingnya internet sehat. ''Hal yang harus teus disampaikan adalah mari kita gunakan internet untuk kebaikan,'' ujarnya.

Hal lainnya lagi, sambung Fery, perlu adanya proses pendampingan dan pendidikan bagi para pengguna internet. Hal tersebut dapat diawali dari setiap rumah tangga.

Dalam hal ini, kata dia, peran orangtua sangat besar untuk bisa mewujudkan perilaku internet sehat. ''Lalu peran masyarakat juga dibutuhkan sebagai kontrol,'' katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement