Jumat 31 May 2013 15:43 WIB

Anonymous Ingin Ajarkan Pencegahan Perkosaan di Sekolah

Anonymous (ilustrasi)
Anonymous (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pada akhir Desember lalu, Anonymous membajak situs fans football sekolah Steubenvile, Ohio, sebagai balasan atas keterlibatan pemainnya dalam pemerkosaan ramai-ramai terhadap seorang remaja putri 16 tahun.

Para peretas mengacam untuk memajang nomor Sekuriti Sosial para siswa dan guru bila si korban tak mendapat permintaan maaf. Seseorang yang lain mengancam mengirimkan bom ke sekolah.

Relasi antagonis antara grup haktivis dengan Steubenville High ini langsung menjadi headline. Hanya saja yang belum diketahui media hingga sekarang yakni Anonymous ternyata diam-diam mengontak sekolah di saat yang sama, berharap bisa masuk ke kelas dan mengajari siswa-siswa bagaimana mengidentifikasi dan mencegah pemerkosaan. Tidak mengejutkan, ia ditolak.

Pada awal Januari, juru bicara Anonymous di Steybenville @Master_of_Ceremonies (kependekan MC), seperti diberitakan Mother Jones, meyakinkan anggota perempuan Anonymous untuk mendesakkan kepada pejabat sekolah, gagasan mengenai kelas kesadaran perkosaan.

"Kami meyakini butuh kehadiran seseorang di sekolah untuk memberi pendekatan baru menghadapi serangan, bullying, pemerkosaan, dan kapan ketika tidak takut berbicara dan melakukan sesuatu ketika seseorang dalam masalah," tulis si jubir Anonymous via MC.

Para Anons--julukan anggota Anonymous-- juga menginginkan anak-anak memiliki pandangan berbeda, selain apa yang dikatakan para guru.

Telepon tadi tidak diterima dengan baik. "Guru kami sangat berkualifikasi dan lebih dari mampu untuk mendidik siswa kami mengenai perkosaan, tidak orang-orang dengan topeng yang berkeliling untuk meneror orang," demikian bunyi suara dari seberang yang diingat Anon sebelum telepon diputus. (Soal ini, manajemen SMA Steubenvilla tidak bisa dikontak untuk dimintai keterangan).

Sejak itu, Anonymous sukses menjadikan pemerkosaan Steubenville sebagai kisah nasional untuk mempromosikan puluhan permintaan tolong dari korban-korban lain.

MC dan teman-temannya tidak bisa mengecek keabsahan semua kisah dan mereka juga enggan menjadi 'tentara pribadi' sesorang.--demikian si MC menyebutnya.

Ia pun juga tak yakin menginvestigasi dan memublikasi kasus kejahatan seksual lain adalah cara terbaik untuk menekan angka pemerkosaan. Masalah saat ini, yang ia lihat, adalah ketiadaan edukasi.

Salah satu terdakwa pemerkosa Steubenville dalam pembelannya menyatakan ia tak tahu bahwa pemerkosaan termasuk menyentuhkan jarinya ke genital perempuan. "Bila anda tidak tahu itu," ujar MC, "Artinya tidak diajari tentang hal tersebut."

MC memang tidak memiliki latar belakang dalam edukasi atau pencegahan terhadap kekerasan, namun aksinya dengan Anonymous memberinya ide sangat bagus. Ia ingin menyatakan ketika orang lain menyaksikan ada niat memperkosa--seperti yang terjadi di Steubenville--ia seharunya menghalau, meninju dan menghalaunya keluar. Atau bila seseorang kebetulan merekam video tentang orang lain bergurau soal pemerkosaan, dia mesti menyerahkan video itu ke polisi sebagia bukti, bila tidak maka dia sama jahatnya dengan si pemerkosa.

Atau paling tidak kehadiran Anonymous di mana-mana, membuat para pemerkosa lebih berkati-hati. "Selama mereka berpikir ada seseorang memperhatikan" ujarnya, itu bisa menjadi penangkis.

Mungkin harapan MC agar sekolah menerima Anonymous bukanlah ilusi. Beberapa grup pemuka di komunitas yang bergerak di bidang kesadaran mengenai serangan seksual, tidak menolak gagasan berpartner dengan Anonympus. "Kita akan terbuka untuk berbicara dengan mereka, tentu saja ya," ujar Katie Hanna, direktur eksekutif Aliansi Ohio untuk Mengakhiri Kekerasan Seksual.

Menurut Tracy Cox, dari National Sexual Violence Resource Center, Anonymous layak mendapat apreasiasi karena membuat pemerkosaan di sekolah tertangkap radar nasional. Hanya saja ia cemas korban serangan seksual kemungkinan takut mendengar tentang kuliah perkosaan dari pria bertopeng Guy Fawkes.

Meski ia meyakini penjelasan sedikit mengenai apa yang disimbolkan topeng tersebut justru bisa menghilangkan rasa takut.

Memang tak jelas berapa banyak Anon yang tertarik melakukan peran tersebut. Berdiri di depan papan tulis jelas bukan tipe pekerjaan para hacker, tapi akhir-akhir ini pun tak banyak yang dikerjakan Anonymous. Tracy berujar yang terpenting dari kemitraan adalah bagaimana sampai ke sana. "Saya pikir luar biasa ada orang-orang yang ingin terlibat, ini yang kami maui."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement