REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika mempercepat untuk membuka layanan 4G berbasis Frequency Division Duplexing Long Term Evolution (FDD-LTE) untuk mengejar ketertinggalan layanan informasi jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
"Harus segera diejawantahkan, dengan LTE semua menjadi cepat, kalau tidak kita akan ketinggalan semua," kata Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kemkominfo usai diskusi dalam "Indonesia CSR Outlook 2015" di Jakarta, Rabu (17/12).
Henry mengaku saat ini masih dibahas mengenai frekuensi serta lainnya dengan operator, namun setidaknya akhir 2014 ini Indonesia sudah memiliki jaringan yang bisa mengunduh dengan kecepatan mencapai 299.6 Mbps untuk mengunduh dan 75,4 Mbps untuk mengunggah itu. "Masih dalam proses tapi yang penting Indonesia 2014 harus punya LTE, itu yang harus dicatat," katanya.
Pasalnya, saat ini muncul wacana bahwa FDD-LTE akan berada di frekuensi 900 Mhz, sementara tak semua operator GSM tak mampu memenuhi itu karena keterbatasan frekuensi yang hanya mampu di frekuensi 800 Mhz.
Operator GSM yang memiliki frekuensi di 900 Mhz hanya telkomsel, (15 Mhz), Indonesia (15 Mhz) dan XL (7,5 Mhz), sementara Bakrie Telecom dan Smartfren baru mengumumkan kerja sama networks sharing FDD LTE di 800 MHz.
Dia mengatakan selama ini operator seluler termasuk kooperatif dalam pembahasan mengenai LTE tersebut, namun ia mengaku masih belum menemukan titik terang dengan operator televisi. "Operator seluler tidak banyak pertentangan, semuanya akomodatif, hanya operator televisi seringnya sulit bertemu satu pemikiran, bertentangan terus dengan regulator, belum lagi soal digitalisasi," katanya.
Pasalnya, di Indonesia frekuensi yang digunakan yakni 700 Mhz untuk televisi analog dan 2.600 Mhz dipakai untuk layanan televisi satelit berlangganan.
Henry mengaku khawatir jika tidak segera diimplementasikan, akan sulit berkembang karena "bandwidth" yang tersedia akan semakin sedikit tidak seperti saat ini.
"'Broadband'-nya sudah penuh, untuk itu LTE suatu keharusan kalau mau maju dan tidak ketinggalan dalam berbasis internet. Kita tidak boleh ketinggalan," katanya.
Sebelumnya, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kemenkominfo Muhammad Budi Setiawan mengakui peluang untuk menyediakan layanan 4G terbuka lebar di 900 MHz karena frekuensinya sudah dinetralkan.
"Bisa saja karena di frekuensi itu sudah dinetralkan baik di 800 MHz atau 900 MHz," kata Budi.
Industri seluler menyambut positif penataan di 800 MHz agar teknologi netral diterapkan dan bisa menyelamatkan usaha pemain lapis kedua seperti Smartfren atau Bakrie Telecom.
Namun, para pelaku usaha bingung ketika muncul wacana FDD LTE di 900 MHz mengingat tak semua pemain berbasis GSM bisa melakukannya karena keterbatasan frekuensi.
Pemain GSM mengharapkan pemerintah menetralkan frekuensi 1.800 MHz yang semuanya memiliki frekuensi seperti Telkomsel (22,5 Mhz), Indosat (20 MHz), XL (22,5 MHz) dan Tri (10 Mhz) sehingga persaingan sehat terjadi dan tujuan meningkatkan penetrasi broadband tercapai.