Selasa 24 Mar 2015 17:00 WIB

Keberhasilan Layanan 4G Bergantung 4C

Tower Base Transceiver Station (BTS ) salah satu operator seluler
Foto: Antara
Tower Base Transceiver Station (BTS ) salah satu operator seluler

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan keberhasilan implementasi layanan teknologi 4G tergantung pada 4C, yakni connectivity, content, commerce, dan community.

"Bicara soal 4G memang tak bisa terlepas dari 4C. Semua ini saling terkait dan tak bisa dipisahkan satu sama lain," kata Johnny Swandy Sjam, Ketua Komite Tetap Bidang Telekomunikasi Kadin Indonesia, pada diskusi "4G & Rich Content: a New Era of Indonesian Broadband" di Jakarta, Senin (24/3).

Dalam hal ini, kata dia, pemerintah, dunia usaha, operator, dan vendor jaringan sepakat mengatasi berbagai kendala dalam implementasi layanan teknologi 4G LTE dengan mengedepankan pembangunan ekosistem yang meliputi connectivity, content, commerce, dan community.

Menurut catatan, sejumlah operator sejak Desember 2014 sudah menggelar layanan 4G di beberapa kota, seperti Jakarta, Bali, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, dan menyusul kota-kota lainnya, seperti Manado dan Makassar.

"Harapannya, 4G terus berkembang agar layanan seluler generasi keempat ini bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia," ujar Jhonny.

Soal konektivitas layanan 4G tidak terlepas dari spektrum frekuensi. Saat ini yang sudah resmi mendapat restu dari Kementerian Kominfo adalah di pita 900 MHz, kemudian ada yang menggunakan extended GSM dari spektrum 800 MHz, refarming teknologi netral di 1.800 MHz, selanjutnya dari 2,1 GHz dan 2,3 GHz.

"Bahkan, pada masa datang juga akan mendapat spektrum frekuensi emas di 700 MHz ketika rencana migrasi TV digital bisa dieksekusi dan dirampungkan dalam beberapa tahun ke depan," katanya.

Namun, yang jadi permasalahan selain spektrum 900 MHz yang sudah resmi untuk komersialisasi, spektrum lainnya masih perlu pembahasan lebih lanjut. Bagaimana kejelasan penataan 800 MHz, 1.800 MHz, 2,1 GHz, 2,3 GHz, sampai 700 MHz.

Sambil menyelesaikan urusan connectivity, menurut Johnny, C selanjutnya yang tak boleh dilupakan adalah content, commerce, dan community.

"Kurang lebih 4C yang saya utarakan maksudnya sama dengan filosofi DNA (device, network, application). Setelah network-nya ada, device dan application-nya pun harus tersedia," kata dia.

Dari sisi perangkat, saat ini ponsel masih mahal untuk sebagian besar masyarakat yang daya belinya masih rendah. Jumlah penetrasi smartphone di seluruh jaringan operator seluler, baru sekitar 20 persen-30 persen.

"Itu sebabnya kita butuh vendor yang bisa menggerakkan pasar agar ponsel 4G bisa murah, kalau bisa harganya di bawah Rp 1 juta selayaknya ponsel 3G yang telah banyak beredar," ujar Johnny.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement