REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Meluasnya layanan telekomunikasi di Indonesia, rupanya ikut mendongkrak penetrasi internet. Pada tahun 2014 pertumbuhan pengguna internet diperkirakan meningkat 23 persen.
Survei Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) yang dikelola Pusat Kajian Komunikasi, Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia (Puskakom UI), mencatat bahwa pada akhir tahun 2014, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta. Jumlah ini meningkat 23 persen dibandingkan posisi akhir 2013 yang sebanyak 71,9 juta.
Sekalipun terjadi peningkatan jumlah pengguna, Ketua Puskakom UI Dr Inaya Rakhmani pengguna internet mayoritas berada di wilayah Barat, atau sebanyak 78.5 persen dari total pengguna internet. Selain itu, pengguna internet ini juga didominasi oleh mereka yang tinggal di daerah urban atau kawasan perkotaan.
''Hal ini merefleksikan bahwa ketidakmerataan penggunaan internet di Indonesia masih ada," kata Dr Inaya Rakhmani, yang menjadi pembicara dalam diskusi terbatas bertema "Indonesia Timur Lebih Butuh Broadband" yang digelar di Jakarta, Senin (13/4).
Sementara itu Ketua Peneliti survei 2014 APJII dari Puskakom UI, Endah Triastuti, PhD, menyatakan di kawasan timur Indonesia (KTI), internet lebih banyak digunakan untuk pendidikan. ''Persentasenya mencapai 38 persen, sementara di kawasan barat sekitar 27 persen saja,'' kata Endah.
Sementara, penggunaan internet di Indonesia Barat yang persentasenya lebih tinggi dibandingkan Indonesia Timur adalah untuk sarana sosialisasi (72 persen dibandingkan 71 persen), sumber informasi harian (68 persen dibandingkan 57 persen), mengikuti perkembangan zaman (52 persen dibandingkan 49 persen), bersenang-senang (35 persen dibandingkan 25 persen), untuk sarana bekerja (27 persen dibandingkan 23 persen) dan karena ingin mencoba (12 persen dibandingkan 10 persen)
Endah Triastuti menjelaskan pula bahwa pengguna internet di Kawasan Indonesia Timur (KTI) adalah pengguna kedua terbanyak dalam mengakses internet melalui PC (20 persen), dimana Kalimantan adalah yang pertama (21 persen). Kedua, agenda utama pembangunan KTI yang memprioritaskan perbaikan angka statistik Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia di KTI yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia Barat.
''Salah satu cara menaikan angka statistik ini adalah melalui program pendidikan dan melek huruf. Akan jauh lebih baik bagi masyarakat di KTI bila pemerintah dan industri dapat menyediakan layanan internet, terlebih broadband di KTI - sehingga mereka dapat melangsungkan pembangunan tidak hanya di area-area infrastruktur dasar seperti pendidikan. Dengan demikian, diharapkan KTI dapat mengejar ketertinggalan dibandingkan wilayah Indonesia lainnya. ,'' papar Endah.
Sekalipun sangat membutuhkan internet, KTI menghadapi banyak kendala. Menurut Endah pengguna internet di KTI menghadapi kendala utama yang tidak dihadapi/dimiliki oleh pengguna internet di wilayah lain, yakni sinyal yang buruk.
Hal ini menjadi alasan utama mengapa KTI tidak hanya membutuhkan layanan broadband, namun juga membutuhkan pembangunan infrastuktur internet yang memadai. ''Pemanfaatan internet ntuk keperluan pendidikan berarti infrastruktur bertujuan untuk utamanya menopang akses informasi, sehingga alasan utama pengguna mengakses internet juga perlu dipertimbangkan,'' katanya.