Senin 05 Feb 2018 15:59 WIB

Data Pelanggan Diakses Karyawan, Lyft Lakukan Penyelidikan

Mereka juga sering mencari data perjalanan orang lain seperti bintang porno dan artis

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Winda Destiana Putri
LYFT
Foto: Mashable
LYFT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepertinya Uber bukan satu-satunya perusahaan startup yang rentan terhadap skandal. Saat ini, Lyft sedang menyelidiki keluhan dari seorang anonim, dimana karyawannya memata-matai data dari perjalanan pribadi pelanggannya.

Klaim tersebut, yang dilaporkan oleh seorang juru bicara anonim di aplikasi Blind, menuduh karyawan Lyft dapat melacak perjalanan dan mencari informasi kontak orang-orang tertentu, menurut The Information. Juru bicara tersebut mengatakan, karyawan Lyft terus-menerus membual mengenai pelacakan dari aktivitas pendiri Facebook, Mark Zuckerberg di aplikasi Lyft.

Mereka juga sering mencari data perjalanan orang lain seperti bintang porno dan aktris berprestasi tinggi, tanpa adanya konsekuensi. "Saya pernah mendengar setidaknya satu karyawan membual tentang memiliki nomor telepon Zuck dengan menggunakan data kami," kata anonim tersebut, merujuk pada Mark Zuckerberg, seperti yang dilansir di Daily Mail.

"Karyawan lain juga membual tentang mengumpulkan info aktris Hollywood dan bintang porno," tambah sumber anonim tersebut.

Pengguna hanya dapat mengeposkan secara anonim di aplikasi obrolan Blind, sehingga tidak ada cara untuk segera memverifikasi identitas pengarang atau apakah klaim itu asli. Meski begitu, Lyft menegaskan bahwa pihaknya berniat untuk membuktikan klaim tersebut.

"Mempertahankan kepercayaan pelanggan dan suporter sangat penting bagi Lyft," kata juru bicara Lyft kepada The Information.

"Tuduhan dalam spesifikasi ini akan menjadi pelanggaran terhadap kebijakan Lyft dan menyebabkan penghentian, dan belum diajukan ke tim Hukum atau Eksekutif kami. Kami sedang melakukan penyelidikan atas masalah ini," perusahaan tersebut menambahkan.

Sumber anonim yang biasa bekerja dengan Lyft mengatakan kepada TechCrunch, postingan di aplikasi Blind mencerminkan pengalamannya bersama perusahaan. Sumber tersebut mengatakan, staf Lyft memiliki akses yang hampir tak terbatas ke data backend Lyft, termasuk umpan balik dan pick up, serta drop off koordinat pelanggan.

'Yeah. Saya pasti melihat sejarah perjalanan teman saya dan melihat apa kata pengemudi tentang mereka. Saya tidak pernah mendapat masalah," kata sumber tersebut kepada TechCrunch.

Lyft bukan perusahaan jaringan transportasi berbasis internet pertama yang mendapat kecaman, karena kekhawatiran akan akses ke data pelanggan pribadi. Uber juga telah berjuang untuk membersihkan citranya di kalangan konsumen setelah fitur God View-nya ditemukan pada tahun 2014.

'God View' akan memungkinkan para staf untuk melihat lokasi kendaraan Uber dan pelanggan yang telah memesan sebuah mobil. Beberapa staf menyalahgunakan alat tersebut dengan melacak lokasi politisi, aktris, bahkan mantan pacar mereka.

Kantor Kejaksaan Agung New York akhirnya menyelidiki penggunaan fitur 'God view' oleh Uber dan akhirnya diselesaikan oleh perusahaan tersebut. Uber saat ini harus mematuhi audit privasi selama 19 tahun ke depan.

Selain itu, isi lainnya juga menerpa Uber. Dimana, mantan CEO Uber, Travis Kalanick terpaksa mengundurkan diri dari Uber setelah penyelidikan ekstensif, yang menyimpulkan bahwa pelecehan seksual merajalela di perusahaan tersebut.

Perusahaan Lyft sendiri, hingga adanya keluhan anonim tersebut, Lyft sebagian besar telah mampu menghindari kontroversi besar yang menimpanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement