Rabu 25 Apr 2018 06:45 WIB

Kogan Merasa Facebook Kambing Hitamkan Dirinya

Cambridge Analytica kemudian akan membahas pernyataan Kogan.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Bilal Ramadhan
Jutaan data dari akun Facebook digunakan oleh Cambridge Analytica
Foto: Reuters/Dado Ruvic
Jutaan data dari akun Facebook digunakan oleh Cambridge Analytica

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Peneliti Alexandr Kogan, yang memberikan data untuk Cambridge Analytica, merasa dijadikan kambing hitam oleh Facebook, atas lemahnya keamanan mereka dalam melindungi data pengguna. Menurut dia, Facebook hanya ingin menyalahkan salah satu pengembang nakal karena itu adalah cara mudah untuk membatasi penyebaran krisis yang sedang berkembang.

Menurut dia, Facebook menyadari platform mereka telah ditambang dari berbagai sisi oleh ribuan orang lain. ''Saya hanya orang sial yang akhirnya entah bagaimana terkait dengan kampanye Trump, dan kami berada di tempat kami berada,'' kata Kogan selama sidang parlemen, dikutip dari Independent, Senin (24/4).

Kogan mengatakan, data yang dia peroleh tidak akan berguna untuk mengidentifikasi individu. Ia yakin proyek yang dilakukannya tidak ada artinya jika tujuannya adalah untuk menjalankan iklan yang ditargetkan di Facebook.

Bahkan, lanjutnya, alat platform ini memberikan perusahaan jalur yang jauh lebih efektif untuk menargetkan orang berdasarkan kepribadian mereka daripada menggunakan skor pengguna dari pekerjaannya. Facebook mengatakan, informasi pribadi dari sekitar 87 juta pengguna mungkin telah dibagikan secara tidak layak dengan konsultasi politik Cambridge Analytica, setelah Kogan membuat aplikasi kuis kepribadian untuk mengumpulkan data.

Facebook dan Cambridge Analytica telah menyalahkan Kogan karena dugaan penyalahgunaan data, tetapi dia mengatakan hanya dijadikan kambing hitam oleh perusahaan untuk skandal itu. Cambridge Analytica kemudian akan membahas pernyataan Kogan pada suatu pengarahan.

Kogan mengatakan, mantan CEO Cambridge Analytica Alexander Nix, yang juga direktur perusahaan induk konsultan SCL Group, sebelumnya telah berbohong kepada anggota parlemen ketika dia mengatakan dia belum menerima data dari Kogan. ''Kami tentu memberi  mereka data, itu tidak terbantahkan. Tentu saja (mereka bohong),'' tegasnya.

Kogan menyewa sebuah perusahaan riset pasar yang disebut Qualtrics untuk merekrut 200 ribu hingga 300 ribu orang untuk mengambil kuis untuk mengumpulkan data, yang menghasilkan biaya 600 ribu dolar AS sampai 800 ribu dolar AS.

''Perusahaan Kogan dibayar 230 ribu pound oleh SCL untuk analisis prediktifnya berdasarkan temuan,'' kata Kogan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement