Rabu 16 May 2018 14:58 WIB

Karyawan Kecam Kerja Sama Google dengan Militer AS

Google kemungkinan mengguakan data pengguna dalam proyek senjata AI

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penggunaan internet tiap tahun tercatat terus bertambah, termasuk pencarian di Google.
Foto: EPA
Penggunaan internet tiap tahun tercatat terus bertambah, termasuk pencarian di Google.

REPUBLIKA.CO.ID,  SACRAMENTO -- Peneliti kecerdasan buatan (Artificial Intellegence) telah meminta Google untuk meninggalkan proyek pengembangan teknologi AI untuk militer. Peringatan itu muncul karena senjata otonom secara langsung bertentangan dengan motto perusahaan 'Dont Be Evil'.

Dikutip dari The Independent, Para ahli bergabung dengan lebih dari 3.100 karyawan Google sendiri, yang menandatangani surat terbuka bulan lalu yang memprotes keterlibatan perusahaan dalam program Pentagon yang kontroversial yang disebut Project Maven. Kemitraan antara raksasa teknologi dan Militer AS melibatkan penggunaan perangkat lunak pengintaian AI khusus untuk menganalisis data dari rekaman drone, agar dapat mengenali objek target dengan lebih baik, seperti membedakan antara manusia di darat dan kendaraan.

Puluhan karyawan dilaporkan mengundurkan diri sebagai protes atas penolakan Google untuk memutuskan hubungan dengan militer AS. Sayangnya Google tidak menanggapi permintaan untuk komentar dari The Independent.

Dalam surat mereka bulan lalu kepada CEO Google Sundar Pichai, karyawan menulis, mereka percaya bahwa Google tidak boleh berada dalam bisnis perang, mereka tidak dapat mengalihkan tanggung jawab moral teknologi kepada pihak ketiga.

Para peneliti memperingatkan bahwa militer pada akhirnya dapat menghapus pengawasan manusia dari serangan pesawat tak berawak, jika teknologi Google terbukti efektif.

''Ketika komandan militer datang untuk melihat algoritma pengenalan objek dapat diandalkan, itu akan menggoda untuk melemahkan atau bahkan menghapus tinjauan dan pengawasan manusia untuk sistem ini,'' kata surat itu, dikutip dari Independent, Rabu (16/5).

Ketakutan lain yang diperinci dalam surat itu termasuk kemungkinan Google mengintegrasikan data pribadi penggunanya dengan data pengawasan militer untuk tujuan pembunuhan yang ditargetkan. Penggunaan data tersebut akan melanggar kepercayaan publik yang sangat penting bagi operasi bisnis Google dan akan menempatkan kehidupan dan hak asasi manusia dari para penggunanya dalam bahaya.

''Tanggung jawab perusahaan global seperti Google harus sepadan dengan susunan transnasional pengguna mereka,'' kata surat itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement