REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Startup digital binaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom), Siji AR, akan memperluas implementasi mobile application berbasis Augmented Reality (AR) untuk museum-museum di Jakarta. Saat ini, Siji AR sedang ikut serta dalam proses pengembangan konten menuju Digitalisasi Museum di Indonesia.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Siji, Dimas Fuady, aplikasi tersebut diluncurkan sebagai solusi bagi minimnya tour guide museum yang memiliki kemampuan mumpuni, baik sisi penguasaan materi maupun bahasa asing.
"Di sisi lain, sampai saat ini, belum ada standardisasi baku bagi tour guide museum," ujar Dimas dalam siaran persnya, Kamis (5/12).
Dimas mengatakan, saat ini, jumlah tour guide museum di Indonesia juga masih terbatas. Akibatnya, pesan atau materi dari museum tidak tersampaikan dengan baik kepada pengunjung, apalagi yang berasal dari luar negeri.
Dengan aplikasi tersebut, kata Dimas, Siji akan menambal peran tour guide di museum-museum Indonesia. Namun, saat ini masih terpusat pada museum di wilayah Jakarta.
Sejauh ini, kata dia, museum yang sudah menggunakan Siji AR adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, dan Diorama Telkomsel.
Melalui aplikasi tersebut, kata dia, pengunjung bisa melihat peraga sejarah dengan tampilan video virtual 3D yang akan menjelaskan peristiwa gambar tersebut secara otomatis dengan cara memindai barcode disamping gambar pameran. Pengunjung bisa memilih bahasa yang diinginkan.
"Aplikasi Siji akan menceritakan objek tersebut dalam bentuk infografis dan animasi,” katanya.
Aplikasi tersebut, menurut Dimas, sudah dikembangkan sejak 2014. Semula, namanya adalah Siji Infinity yang kemudian berganti menjadi Siji AR sejak 2015.
Startup berbasis layanan cloud data ini memungkinkan pengunjung menikmati konten museum agar lebih “hidup”. Dengan menggunakan aplikasi mobile gratis tersebut, material apapun akan nampak seperti benar-benar “hidup” dengan gambar yang bergerak, bersuara, bahkan seolah-olah muncul ke hadapan pengguna.
Saat ini, pihaknya fokus pada pengembangan AR museum, setelah pivot dari bisnis sebelumnya, yaitu AR sebagai media baru di industri periklanan di Indonesia. Namun, bisnis tersebut ditinggalkan seiring dengan mulai runtuhnya bisnis media cetak dalam beberapa tahun terakhir.
Aplikasi Siji pun, kata dia, bisa mengubah gambar iklan di media cetak menjadi animasi, sehingga menjadi lebih interaktif bagi konsumen. Saat itu aplikasi Siji masih digunakan untuk media cetak. "Namun, banyak media cetak mati sejak 2015 sampai sekarang, sehingga kami merubah strategi,” katanya.
Nama Siji, kata Dimas, diambil dari bahasa Jawa yang berarti satu. Hal ini sesuai visi Siji di mana satu aplikasi bisa dipakai untuk mengakses berbagai konten berbasis Augmented Reality di berbagai museum di manapun pengguna berada.