Sabtu 05 Oct 2019 23:55 WIB

Bekraf Ajak Generasi Muda Solo Kembangkan Aplikasi

Bekraf mendorong generasi muda meningkatkan kapasitas diri untuk kembangkan aplikasi

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Bekraf dengan enam pemerintah daerah.  Penandatanganan nota kesepahaman ini merupakan kerja sama yang saling mendukung dalam rangka pengembangan potensi ekonomi kreatif.
Foto: Republika/Retno Wulandhari
Penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Bekraf dengan enam pemerintah daerah. Penandatanganan nota kesepahaman ini merupakan kerja sama yang saling mendukung dalam rangka pengembangan potensi ekonomi kreatif.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengajak generasi muda di Solo untuk mengembangkan serta meningkatkan kapasitas pengetahuan mengenai aplikasi dan game. Hal itu dilakukan dalam acara Bekraf Developer Day (BDD) di Hotel Swiss Bellin Saripetojo, Solo, Sabtu (5/10). BDD menghadirkan pakar dan pelaku industri kreatif digital untuk menginspirasi peserta dalam mengembangkan aplikasi dan game.

Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santosa Sungkari, mengatakan, Bekraf Developer Day 2019 bertujuan untuk menjembatani para developer dengan platform teknologi mutakhir untuk mengembangkan produk digital khususnya di bidang subsektor aplikasi, game dan web serta internet of things (IoT). Selain itu, untuk memicu semangat kemandirian dan kewirausahaan dalam meningkatkan kapasitas dan kompetensi yang berkualitas bagi para pelaku ekonomi kreatif, khususnya di subsektor tersebut.

Baca Juga

"Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi kompetensi sehat dan berkualitas antar developer serta menciptakan solusi untuk memecahkan permasalahan lokal dalam bentuk karya digital," kata Hari kepada wartawan di sela-sela acara tersebut.

Hari menyatakan, ekosistem sturtup teknologi Indonesia termasuk berhasil. Buktinya, ekonomi digital di Indonesia tumbuh pesat. Dia menilai, ekonomi digital tidak hanya penjualan elektronik atau e-commerce, melainkan juga aplikasi dan game.

Dia menyebut, pada 2018 ekonomi digital di Indonesia tumbuh sekitar 49 persen dan tertinggi di Asia Tenggara. Sedangkan pertumbuhan e-commerce bahkan mencapai 94 persen. "Jadi ini merupakan saat-saat yang bagus untuk pertumbuhan ekosistem start up Indonesia," imbuhnya.

Sementara itu, CEO startup developer lokal Decoding, Narendra Wicaksono, menyatakan, jumlah pengembang dalam bidang teknologi informatika (TI) atau developer expert di Indonesia belum memenuhi kebutuhan. Lulusan pendidikan vokasi maupun sarjana TI di Indonesia belum sepenuhnya terserap ke industri digital dan menjadi seorang programmer.

"Kita butuh lebih banyak developer expert di seluruh Indonesia yang bisa membantu transfer pengetahuan dalam bidang teknologi," paparnya.

Narendra menyebut, berdasarkan hasil pendataan sekitar empat tahun lalu, jumlah developer expert yang ada di Indonesia baru sekitar 7 persen.

"Menurut saya angka yang ideal itu 30 persen. Satu expert itu minimal lima developer. Tapi susah untuk mencapai ideal itu. Karena programmer itu bukan hal yang mudah," ungkapnya.

Menurutnya, banyak perguruan tinggi di Indonesia yang membuka jurusan teknik informatika, komputer sains, ilmu komputer dan lainnya. Namun, pertumbuhan jurusan di perguruan tinggi tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan pengajar yang ahli di bidangnya. Selain itu, perguruan tinggi butuh waktu lama untuk memperbaharui kurikulum. Berdasarkan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI), kurikulum diperbarui setiap tiga sampai lima tahun sekali. Padahal, teknologi berkembang dengan pesat.

"Kalau kita menggunakan ponsel Android itu dua pekan sekali diperbarui programnya. Dari sisi developernya juga ada pembaharuan," terang Narendra.

Dikhawatirkan, pembaharuan kurikulum dilakukan setiap tiga sampai lima tahun sekali bisa perkembangan teknologi di Indonesia tertinggal jauh. Karenanya, dia mendorong kepada perguruan tinggi untuk terus memperbaharui kurikulum serta menyediakan tenaga pengajar yang mumpuni sesuai bidangnya.

Bekraf Developer Day Solo 2019 mengusung tema "Peluang dan Tantangan Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0". Solo menjadi kota ke delapan penyelenggaraan BDD 2019 setelah Bandar Lampung, Gorontalo, Mataram, Purwokerto, Pontianak, Malang, dan Samarinda. 

Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah pelaku, praktisi dan expert industri kreatif digital Tanah Air, di antaranya Andi Taru Nugroho Nur Wismono selaku CEO Educa Studio, William Florance selaku Head of Education Programs APAC Google, Irsan Suryadi Saputra selaku Cloud Seller IBM, Adrian Prasanto selaku VP Communications Indosat Ooredoo, serta Resha Adi Pradipta selaku Head of Business Development Mobile Premier League.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement