REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan hasil riset perusahaan digital global, Cisco, teknologi 5G diyakini bakal meningkatkan pendapatan operator telekomunikasi di Indonesia hingga lebih dari 1,8 miliar dolar AS. Hasil riset yang juga bekerja sama dengan perusahaan konsultan manajemen AT Kearney menekankan bahwa teknologi 5G memiliki kecepatan hingga 50 kali lebih cepat, 10 kali lebih responsif, dan daya konektivitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan teknologi 4G.
"5G akan mengubah pengalaman orang menggunakan teknologi digital secara fundamental," kata Managing Director ASEAN Service Provider Sales Cisco, Dharmesh Malhotra, dalam paparan hasil riset tentang teknologi 5G di Jakarta, Senin (7/10).
Menurut Dharmesh, seiring dengan semakin terjangkaunya harga perangkat, maka jumlah langganan juga diprediksi akan meningkat. Pada 2025 penetrasi di Indonesia diperkirakan mencapai 25-40 persen di sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara, dengan penetrasi di Indonesia diprediksi hingga 27 persen.
Selain itu, ujar dia, total jumlah langganan layanan di 5G di ASEAN akan mencapai lebih dari 200 juta pada 2025. Sementara jumlah langganan tertinggi akan berasal dari Indonesia dengan lebih dari 100 juta pelanggan.
Ia juga mengemukakan, komersialisasi pemanfaatan teknologi 5G juga bisa dipercepat antara lain dengan penerapan konsep kota pintar, industri 4.0, serta penyebaran Internet of Things (IoT). Dharmesh mengingatkan bahwa berbagai perusahaan juga berupaya meningkatkan pertumbuhan dengan mendorong terjadinya Revolusi Industri 4.0 yang mengandalkan antara lain teknologi kecerdasan buatan, IoT, dan robotik tingkat tinggi.
"Sudah ada contohnya hotel di Korea Selatan yang menggunakan robot teknologi 5G untuk menerima pesanan room service," ucapnya.
Hal itu juga dinilai memberikan peluang besar bagi operator telekomunikasi untuk meningkatkan eksistensi mereka di sektor telekomunikasi. Kemudian pada saat yang bersamaan mempertahankan pertumbuhan jangka panjangnya.