REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti Dr. Muhammad Dimyati mengatakan, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aktor utama guna bersaing di kancah ekonomi maupun politik.
"Penelitian merupakan wujud atau turunan dari ilmu pengetahuan, serta daya tarik guna menunjukkan eksistensi di dunia internasional. Hal ini jelas terpapar apabila melihat negara Asia berkembang lainnya seperti Cina, India dan Pakistan," katanya dalam siaran pers, Jumat, (19/2).
Perkembangan pesat sangat relevan mengingat negara-negara tetangga berlomba mengejar kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaan penelitian dan pengembangan Cina mencapai 2 persen terhadap (PDB), jauh melebihi Indonesia yang masih pada kisaran 0,09 persen terhadap PDB.
Di tahun 2013, PDB Indonesia jauh lebih kecil sekitar 868,3 Miliar dolar AS sedangkan PDB Cina 9,24 triliun dolar AS.
Sekilas melihat data di tahun 2010, Cina berada di posisi 10 besar negara asal peneliti asing di Indonesia, dan jumlah persentase peneliti Cina sebesar 3 persen terhadap total peneliti asing lainnya.
Tahun 2011 jumlahnya 4 persen, di tahun 2012 naik jadi 6 persen, tahun 2013 jumlahnya 8 persen. Riset peneliti Tiongkok di Indonesia terutama pada bidang oseanografi menempati urutan keenam pada tahun 2014
Dari tahun ke tahun, terang dia, jumlah izin penelitian yang melibatkan peneliti asing terus naik selama periode 2000-2014. Di tahun 2000, jumlah izin penelitian yang dikeluarkan sebanyak 116 izin.
Mulai bertambah di tahun 2006 menjadi 309 izin, kemudian sempat mencapai 547 izin di 2010. Tahun 2014, jumlahnya menjadi 512 izin.
Di tahun 2014, ujar dia, negara asal peneliti terbanyak ialah Amerika Serikat dengan jumlah peneliti 23 persen. Jepang pada urutan kedua dengan menyumbang 19 persen peneliti asing, diikuti Perancis (14 persen), Jerman (13 persen), dan Australia (8 persen).
Idealnya, Indonesia membutuhkan 200.000 peneliti di berbagai bidang agar dapat bersaing dengan negara lain. Saat ini sumber daya manusia ilmu dan pengetahuan, khususnya peneliti Indonesia yang terdaftar di LIPI hanya berkisar 8.000 orang dan 16.000 peneliti bekerja di perguruan tinggi.
Sedangkan peneliti yang berada di bawah naungan institusi swasta, belum dapat dipastikan jumlahnya. Jumlah peneliti tersebut tentu saja terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mendekati 240 juta jiwa.
Sebagai perbandingan, Belarusia sebuah negara kecil di Eropa memiliki 36 peneliti per 10.000 penduduk. Sementara Indonesia masih pada komposisi satu peneliti per 10.000 penduduk.