REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Rektor IPB University, Prof Arif Satria, bersama 70 peneliti Indonesia berangkat ke Jerman untuk menghadiri pertemuan sains tahunan (Science Retreat) konsorsium riset CRC990-EFForTS yang didanai oleh DFG Jerman. Seluruh biaya perjalanan ditanggung oleh pihak Jerman. Delegasi konsorsium Indonesia tersebut berasal dari IPB University, Universitas Tadulako (Untad), Universitas Jambi (Unja) Universitas Syiah Kuala (USK), Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Perdagangan.
Selain itu juga hadir perwakilan dari pihak swasta PT REKI, PT Humusindo, dan PT SBU. Pertemuan tersebut juga dihadiri Wakil Duta Besar KBRI Berlin, Yul Edison dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof Nizam, serta Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Berlin, Ardi Marwan.
Konsorsium CRC990- EFForTS merupakan kerja sama dua negara antara mitra konsorsium di Indonesia (IPB University, Universitas Jambi dan Universitas Tadulako) dengan Georg – August University of Goettingen (Germany) dalam menyelenggarakan riset dasar (basic science). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang dinamika fungsi-fungsi ekologi, sosial ekonomi sistem transformasi hutan. Output penelitian difokuskan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dasar tentang dinamika ekologi dan sosial ekonomi sistem transformasi penggunaan lahan di dataran rendah di Jambi, yaitu hutan, hutan karet, kebun karet dan kebun sawit.
Dalam sambutan pembukaan pertemuan, Prof Arif Satria menyampaikan bahwa CRC990-EFForTS yang telah memasuki fase 3 (2019-2023). “Dengan ragam produk pengetahuan yang dihasilkan selama lebih dari 10 tahun ini (lebih dari 300 publikasi ilmiah) CRC990-EFForTS perlu untuk ditransformasikan lebih lanjut melalui komunikasi sains yang efektif agar mampu mengkreasi dampak yang lebih luas,” kata Prof Arif Satria seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (6/7).
Selanjutnya Prof Arif menyampaikan perspektif dari pihak Indonesia pasca CRC990-EFForTS. Ia menekankan pentingnya kolaborasi transdisiplin untuk dijadikan pendekatan utama bagi usulan topik riset baru ke depan yang akan tetap mengambil tema pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.