REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan gas beracun di Khan Seikhoun, Provinsi Idlib Utara, Suriah, telah menewaskan lebih dari 100 korban jiwa. Anak-anak dan perempuan tidak luput menjadi korban atas serangan tersebut. Belum terkonfirmasi gas apa yang sebenarnya menjadi penyebab mematikan ini, namun sebagian menduga gas yang dihirup ini adalah gas yang menyerang sel-sel syaraf.
Lalu bagaimana sebenarnya gas tersebut dapat menyebabkan korban mati dengan sangat cepat? Dilansir dari live science, gas yang menyerang sel-sel syaraf atau agen syaraf cukup banyak. Namun, salah satu yang paling umum adalah gas sarin. Gas ini merupakan salah satu pestisida yang masuk dalam kelompok organofosfat. Gas sarin tidak berbau, tidak berasa. Zat ini mengikat enzim yang mematikan saraf sinyal molekul asetilkolin. Tanpa adanya enzim lain untuk mematikannya, asetilkolin akan terus agresif merangsang reseptor tertentu pada sel-sel saraf.
Liga Arab Sebut Serangan Kimia Suriah Kejahatan Besar
Dilihat dari dampak yang timbul akibat gas sarin tersebut, terlihat korban mengeluarkan busa dari mulutnya, hal itu terjadi karena organofosfat cenderung mengikat enzim di dalam kelenjar, sehingga menyebabkan banyaknya cairan yang keluar dari tubuh korban seperti mengeluarkan air liur yang berlebihan, air mata dan keringat, diare, buang air kecil, dan edema paru yang bisa memicu kematian.
Menurut asisten profesor farmakologi dari Georgetown University Medical Center,Patrick Forcelli, asetilkolin aktif yang berlebihan juga menyebabkan tubuh seseorang menjadi kejang.
Ada beberapa upaya perawatan bagi korban yang terkena dampak dari racun saraf tersebut. Jika seseorang terkena racun saraf, mereka harus dekontaminasi diri mereka sendiri dengan mencuci pakaian mereka, dan mencuci kulit dengan sabun dan air. Mereka juga harus segera membasuh mata dan berkumur.
Jika seseorang tidak mampu melakukan dekontaminasi sendiri, seseorang lain juga dapat memberi mereka masker oksigen untuk membantu mereka bernafas. Namun orang yang memberi pertolongan tersebut juga harus berhati-hati karena bisa terkena dampak. Bahkan, bukan tidak mungkin si penolong ikut menjadi korban jika bersentuhan kulit dengan korban yang terdampak racun saraf tersebut.
Jika seseorang telah menghirup racun saraf tersebut, penangkal dapat juga membantu. Kepala pengobatan darurat dari Rutgers Neww Jersey Medical School, Lewis Nelson menjelaskan penangkal yang bisa dipakai antara lain atropin, untuk mencegah overstimulasi.