Selasa 16 May 2017 18:17 WIB

Ilmuwan Temukan Kondisi yang Terjadi pada Kulit Eksim

Rep: Rossi Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Kulit tubuh. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Kulit tubuh. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk pertama kalinya, para ilmuwan menyampaikan proses yang salah di kulit pasien yang memiliki eksim. Hal tersebut dapat membantu penderita untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi kondisi kronis ini.

Kembali pada 2006, peneliti menemukan hubungan yang kuat antara orang-orang yang kekurangan protein kulit tertentu, dan risiko pengembangan eksim. Sekarang para ilmuwan telah membangun hasil tersebut untuk menunjukkan kesalahan yang sebenarnya, dan hasilnya bahkan bisa membawa pasien lebih dekat pada penyembuhan eksim.

Eksim adalah kondisi kulit yang umumnya mempengaruhi hingga 20 persen anak-anak, dan tiga persen orang dewasa di seluruh dunia. Penggunaan krim dan losion selain membantu meringankan gejala eksim kronis, sampai saat ini masih belum ditemukan obat yang bisa membersihkan untuk selamanya.

Selama dekade terakhir, para ilmuwan telah mengetahui bahwa eksim dikaitkan dengan kekurangan genetik filaggrin di kulit. Protein ini membantu membentuk sel kulit individu, dan memainkan peran penting dalam fungsi penghalang kulit.

Sekarang para ilmuwan dari Universitas Newcastle di Inggris, bekerja sama dengan GSK Stiefel telah melacak serangkaian protein, dan jalur molekuler yang menyebabkan masalah kulit yang tak tertahankan ini.

"Kami telah menunjukkan untuk pertama kalinya hilangnya protein filaggrin saja cukup untuk mengubah protein dan jalur utama yang terlibat dalam memicu eksim," kata pemimpin peneliti, Nick Reynolds dari Universitas Newcastle, dilansir dari laman Sciencealert.

Untuk melacak mekanisme ini, tim menggunakan model tiga dimensi living skin equivalent (LSE). Mereka mengubah lapisan atas kulit menjadi kekurangan filaggrin, sama seperti pada orang-orang yang memiliki mutasi genetik.

Ilmuwan menemukan bahwa kekurangan ini saja bisa memicu sejumlah perubahan molekuler dalam mekanisme pengaturan penting di kulit. Hal-hal yang terpengaruh seperti struktur sel, fungsi penghalang, dan bahkan bagaimana sel-sel meradang, dan merespon stres.

"Khusus untuk pertama kalinya, kami telah mengidentifikasi 17 protein yang secara signifikan berbeda dinyatakan setelah (pemindahan filaggrin) dalam LSE," tulis tim tersebut.

Para peneliti kemudian memverifikasi temuan awal mereka, dengan menganalisis protein dalam sampel kulit dari manusia yang sebenarnya. Ilmuwan membandingkan hasil antara peserta dengan eksim, dan subyek sehat.

Mereka menemukan bahwa beberapa protein yang mereka deteksi serupa diubah hanya dengan eksim, seperti model laboratorium yang telah ditunjukkan. Sementara percobaan hanya bagian dari teka-teki tentang kondisi eksim, namun ini dianggap sebagai langkah yang menjanjikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement