REPUBLIKA.CO.ID, STANFORD -- Temuan terbaru mengungkap kecerdasan buatan (AI) yang dapat menganalisis distorsi ruang waktu 10 juta kali lebih cepat dibandingkan manusia. Ulasan tersebut dijabarkan dalam studi ilmiah yang telah terbit dalam jurnal Nature.
Fenomena yang diteliti adalah lensa gravitasi, distorsi atau pembengkakan ruang waktu yang merupakan salah satu turunan teori relativitas Einstein. Astronom banyak menggunakan metode ini untuk mengungkap lebih banyak hal tentang alam semesta.
Laman Science Alert melaporkan, tim peneliti berasal dari Institut Astrofisik dan Kosmologi Kavli (KIPAC), Stanford, California, AS. Mereka bekerja sama dengan Laboratium Akselerator Nasional SLAC Departemen Energi AS beserta pihak Universitas Stanford.
"Analisis yang biasanya memakan waktu sampai berpekan-pekan oleh para ahli kini dapat dilakukan oleh jaringan saraf secara otomatis hanya dalam sepersekian detik," ungkap salah satu penulis studi, Laurence Perreault Levasseur.
Ia menjelaskan, tim menggunakan jaringan saraf buatan yang dilatih dengan memaparnya dengan setengah juta gambar simulasi lensa gravitasi. Jaringan tersebut kemudian ditunjukkan gambar sebenarnya dari lensa gravitasi dan terbukti mampu menganalisis distorsinya kurang dari setengah detik.
Sementara, pemimpin studi Yashar Hezaveh menyampaikan, lensa gravitasi terjadi ketika cahaya dari sumber yang diamati tampak terdistorsi karena distribusi materi antara sumber tersebut dan Bumi. Fenomena ini memberi petunjuk tentang bagaimana massa dapat didistribusikan di ruang angkasa, yang juga berubah dari waktu ke waktu.
"Jaringan saraf yang kami uji, tiga yang telah tersedia dan satu kami kembangkan sendiri, dapat menentukan sifat masing-masing lensa, termasuk bagaimana massanya didistribusikan dan seberapa banyak ia memperbesar gambar latar belakang galaksi," ujar Hezaveh.