REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru menunjukkan berbagai upaya menghentikan penuaan adalah hal sia-sia. Bagaimana pun cara seseorang mengintervensi, secara matematis, mereka tidak bisa menghentikan proses penuaan.
"Menua secara matematis tak terelakkan, bahkan sangat tidak bisa dihindari," kata penulis studi yang juga profesor ekologi dan biologi evolusioner di Arizona University, Joanna Masel, dilansir dari Live Science.
Secara logika, teoritis, dan matematis, tidak ada jalan keluar untuk mencegah penuaan. Kesimpulan peneliti didasarkan pada bukti bagaimana sel individu di dalam tubuh bekerja. Seiring bertambah usia, satu hingga dua sel melambat dan akhirnya kehilangan fungsi, sama halnya ketika sel rambut berhenti memproduksi pigmen hitam dan berubah menjadi putih atau uban.
Penelitian yang dipublikasikan di Prosiding National Academy of Sciences, 30 Oktober lalu. Peneliti dalam risetnya menciptakan model matematis antarsel. Gagasan seleksi alam atau survival of the fittest menunjukkan penyiangan sel hanya bisa memperlambat proses penuaan.
"Namun, jika sel-sel ini disiangi atau dipotong, maka memberi ruang bagi sel kanker berkembang biak," kata peneliti di Arizona University, Paul Nelson, dilansir dari Live Science, Senin (6/11).
Jika tubuh menyingkirkan sel-sel yang lambat itu dan menyingkirkan sel-sel kanker yang berkembang sekalipun, organ-organ multiseluler masih akan tetap menua.
"Anda mungkin bisa memperlambat penuaan, namun tak bisa menghentikannya," kata Nelson.
Seiring berjalannya waktu, keadaan bertambah buruk. Semua sel akan melambat dan manusia akhirnya terkena kanker. Pada akhirnya, tua adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi manusia jika ingin menjadi organisme multiseluler.