Selasa 28 Nov 2017 03:20 WIB

Penelitian: Waktu Malam di Bumi Semakin Terang Setiap Tahun

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri
Bumi
Foto: National Geographic
Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, POTSDAM --Sejak 2012, waktu malam di Bumi setiap tahunnya semakin terang. Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan di Science Advances.

Periset yang dipimpin oleh Christopher Kyba di GFZ German Research Center for Geosciences, menggunakan citra satelit untuk melacak perubahan pencahayaan buatan malam di luar ruangan di seluruh dunia.

Mereka menemukan antara tahun 2012 dan 2016, luas area yang semakin terang tumbuh 2,2 persen per tahun. Jumlah kecerahan dari area yang diterangi terus menerus juga meningkat 2,2 persen per tahun. Jadi tidak hanya area yang diterangi di malam hari, area yang sudah terang semakin terang.

''Kami kehilangan lebih banyak waktu malam di skala planet,'' kata editor jurnal Kip Kipges, dikutip dari Engadget.

Beberapa daerah sebagian besar tetap sama dari tahun ke tahun. Namun banyak dari wilayah seperti di Italia, Belanda, Spanyol dan Amerika Serikat, sudah termasuk wilayah yang paling terang sejak awal. 

Sementara, pencahayaan meningkat di seluruh Amerika Selatan, Afrika dan Asia. Dan jumlahnya cenderung lebih besar, karena satelit yang digunakan tidak mengambil cahaya biru yang dipancarkan oleh LED, yang telah digunakan lebih banyak dalam beberapa tahun terakhir. 

''Angka-angka tersebut benar-benar mengejutkan, mengingat bahwa kita tahu menerangi lingkungan malam hari dapat memiliki dampak yang luas terhadap lingkungan dan kesehatan manusia,'' ucap peneliti University of Exeter Thomas Davies, mesti tidak terlibat dalam studi tersebut.

Walaupun seberapa besar dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan tidak jelas seperti apa, sebab penerangan malam hari merupakan fenomena yang cukup baru. ''Cahaya buatan di malam hari adalah stressor yang sangat baru,'' kata Franz Holker, salah satu peneliti dalam proyek tersebut. 

Menurut dia, masalahnya adalah cahaya tersebut telah dipasang di berbagai tempat, waktu dan intensitas di mana tidak terjadi secara alami.. Dikhawatirkan, banyak organisme yang tidak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan stressor baru ini.

''Kecuali jika kita mengubah cara kita menyalakan ruang terbuka kita, tren ini kemungkinan akan berlanjut,'' ujarnya.

Dalam waktu dekat, lanjut Holker, nampaknya emisi cahaya buatan ke lingkungan akan terus meningkat. Dampaknya, akan mengikis luas lahan yang tersisa di Bumi yang mengalami siklus cahaya alami siang hari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement