Selasa 30 Jan 2018 06:21 WIB

Alasan Gerhana Bulan Total Dinamai Super Blue Blood Moon

Bahwa saat gerhana bulan total terjadi, bulan akan tampak merah darah.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Winda Destiana Putri
Super Blue Blood Moon. Ilustrasi
Foto: CNN
Super Blue Blood Moon. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ada yang berbeda dari gerhana bulan total yang akan hadir 31 Januari mendatang. Para ahli sepakat menyebut gerhana bulan total ini dengan sebutan Super Blue Blood Moon. Penamaan tersebut bukan tanpa alasan, mengingat kejadian serupa terjadi 152 tahun lalu. Tepatnya di Amerika pada 31 Maret 1866.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) , Thomas Djamaluddin menuturkan bahwa fenomena tersebut jarang terjadi. "Disebut supermoon karena jarak bulan masih terdekat dengan bumi," kata Thomas saat dikonfirmasi Republika, Senin (29/1).

Itulah mengapa purnama dan gerhana bulan tampak lebih besar dari biasanya. Selain itu, fenomena gerhana bulan pada 31 Januari mendatang juga bisa disebut blue moon. "Karena (bulan) ini purnama kedua pada bulan Januari, setelah 1 Januari lalu," lanjutnya.

Baca juga: Catat! Ini Lokasi untuk Melihat Gerhana Bulan Total

Alasan terakhir adalah penamaan blood moon. Dimana Thomas memaparan bahwa saat gerhana bulan total terjadi, bulan akan tampak merah darah. "Jadi gerhana bulan pada 31 Januari 2018 boleh disebut Super Blue Blood Moon," paparnya.

"Gerhana bulan total 31 Januari 2018 akan terlihat di seluruh Indonesia. Proses gerhana mulai pukul 18.48 WIB. Gerhana bulan total pukul 19.52 sampai 21.08 WIB. Proses gerhana berakhir pukul 22:11 WIB. Ummat Islam dapat melaksanakan shalat gerhana seusai shalat isya," jelas Thomas.

Selain itu, Thomas memaparkan bahwa bulan purnama dan bulan baru tersebut menyebabkan pasang maksimum karena gravitasi bulan diperkuat oleh matahari. Pada saat gerhana, efek gravitasi bertambah karena matahari, bumi, dan bulan betul-betul segaris. "Untuk 31 Januari, efeknya lebih kuat lagi karena selain gerhana, bulan juga pada posisi terdekat dengan bumi (supermoon)," kata Thomas.

Hal tersebut patut diwaspadai, karena pada kondisi normal pasang maksimum hanya berdampak pada limpasan air laut menjadi banjir pasang. "Kondisi yang perlu diwaspadai ketika ada cuaca buruk di laut yang menimbulkan gelombang tinggi yang berdampak banjir rob makin melimpas jauh ke daratan. Dampak lainnya kalau terjadi banjir akibat hujan lebat di daratan, banjir akan lama surutnya karena dampak pasang maksimum tersebut," tutupnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement