REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Kehidupan di kota besar tak bisa dilepaskan dari berbagai macam kebisingan. Lalu-lalang suara kendaraan bermotor, bunyi klakson di sela kemacetan, hingga kebisingan yang kerap dinikmati para pekerja komuter di stasiun kereta.
Seluruh polusi suara itu cukup mengkhawatirkan bagi kesehatan. Menurut ulasan terkini yang diterbitkan Journal of the American College of Cardiology, polusi suara disinyalir berkaitan dengan meningkatnya risiko mengidap penyakit jantung.
Pasalnya, kebisingan mengganggu tubuh hingga tingkatan sel dan menyebabkan respons stres yang memicu peningkatan risiko tersebut. Sederet gangguan yang mungkin terjadi akibat paparan kebisingan termasuk jantung koroner, hipertensi arteri, stroke, dan gagal jantung.
Meskipun ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengidap penyakit jantung, kebisingan termasuk yang cukup besar berkontribusi. Kondisi itu turut diasosiasikan dengan stres oksidatif, disfungsi vaskular, hingga kelainan metabolik.
Thomas Munzel, penulis utama ulasan, menyarankan langkah-langkah baru selain penanganan tradisional untuk mencegah penyakit jantung. Pengaturan pola makan, asupan nutrisi, dan rutin olahraga saja tak cukup, tapi juga diperlukan upaya penanggulangan kebisingan.
Direktur Departemen Obat-Obatan Internal di Universitas Johannes Cutenberg, Jerman, itu menyarankan hal konkret lain. Saran Munzel termasuk manajemen dan regulasi lalu lintas, serta pengembangan teknologi untuk mengurangi kebisingan di jalan raya.
"Mengingat persentase populasi yang terpapar kebisingan transportasi terus meningkat, perkembangan teknologi dan undang-undang baru untuk mengurangi kebisingan penting digagas demi kesehatan masyarakat," ungkap Munzel, dikutip dari laman iNews.
Baca juga: Kebotakan dan Beruban, Risiko Baru Penyakit Jantung