REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Studi baru-baru ini membuktikantingkat polusi udara yang dinilai di ambang bawah batas aman ukuran Organisasi Kesehatan Dunia ternyata meningkatkan risiko diabetes di seluruh dunia. Studi membuktikan bahkan pada level tersebut masih bisa mendorong risiko diabetes bagi 3,2 juta orang tiap tahunnya.
Polusi udara partikel terdiri dari potongan-potongan mikroskopis debu, kotoran, asap dan jelaga dicampur dengan tetesan cairan. Partikel-partikel terbaik yang diatur oleh EPA adalah 2,5 mikrometer.
Hanya saja peneliti menyebutkan apapun yang kurang dari 10 mikrometer tidak hanya dapat masuk ke paru-paru, tetapi juga ke aliran darah. Kotoran tersebut akan masuk ke berbagai organ dan memulai reaksi peradangan kronis yang diduga sebagai penyebab penyakit.
Menurut asisten profesor kedokteran di Universitas Washington, Dr Ziyad Al-Aly mengungkapkan ada hubungan tak terbantahkan antara diabetes dan polusi udara artikel di bawah standar aman saat ini. Ia dan para peneliti lainnya mengumpulkan data 1,7 juta veteran Amerika Serikat (AS) tanpa riwayat diabetes.
Setelah mengendalikan semua penyebab diabetes yang diketahui secara medis dan menjalankan serangkaian model statistik, mereka membandingkan tingkat diabetes veteran dengan tingkat polusi yang didokumentasikan oleh EPA dan NASA.
Seperti yang dikutip dari CNN, Ahad (1/7), para veteran yang terpapar polusi udara antara lima dan sepuluh mikrogram per meter kubik udara, jauh lebih sedikit daripada tingkat aman EPA 12 mikrogram, sekitar 21 persen mengembangkan diabetes. Terekspos ke tingkat yang lebih tinggi, antara 11,9 hingga 13,6 mikrogram, menciptakan risiko lebih besar yakni sekitar 24 persen memiliki diabetes.
Para peneliti menemukan bahwa peningkatan tiga persen tampak kecil, namun itu diterjemahkan menjadi tambahan lima ribu hingga enam ribu kasus diabetes per 100 ribu orang setiap tahun. Data itu bersama dengan informasi yang diambil dari ribuan penelitian di seluruh dunia digunakan untuk membuat konsep evaluasi risiko diabetes di berbagai tingkat polusi. Akhirnya data-data itu digabungkan dengan informasi dari studi Global Burden of Disease untuk memperkirakan risiko di seluruh dunia.