REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tahun ini, Dislitbang TNI AD memulai kerja sama dengan pusat riset Cirnov Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kerja sama dijalin dalam membuat dan mengembangkan rudal kaliber 70 yang mampu menghantam sasaran seperti pesawat, drone dan sejenisnya dengan kecepatan tinggi.
Pembuatan rudal yang dapat mengejar sasaran di udara sudah dilakukan Cirinov UAD sejak 2016. Tiap tahunnya, mereka berhasil menguji tembakkan untuk penyempurnaan yang mendapat dukungan dari PT. Pindad dan Pustekbang LAPAN untuk uji aerodinamik dan telemetri sebagai implementasi kerja sama.
Uji tembak rudal produk lokal itu merupakan rudal kaliber 70 berkecepatan tinggi yang pertama kali dibuat anak-anak Indonesia. Terlebih, selama ini uji-uji tembak banyak dilakukan untuk roket-roket balistik dalam negeri yang tidak mengejar sasaran.
Kandungan lokal dalam pembuatan rudal lebih dari 70 persen, baik dari pembuatan komponen sistem kendali, pencari sasaran dan pembuata propelan roket pendorong. Kepala Cirnov, Hariyadi mengatakan, pembuatan teknologi rudal sangat komplek dan penuh proteksi.
"Banyak negara luar yang menjual berbagai produk rudal, namun kenyataannya tidak akan diperoleh alih teknologi, meskipun kita sebagai pembeli harus mengeluarkan biaya yang sangat besar," kata Hariyadi.
Selain itu, banyak program-program riset yang mengarah ke pembuatan rudal, tapi sulit berhasil karena tidak didasari semangat melakukan misi yang benar demi terwujudnya teknologi tersebut. Fenomena itu yang membuat Dislitbang TNI AD berlangkah taktis militan, menggandeng Cirnov UAD sebagai konsultan.
Rudal yang sedang dibuat Dislitbang TNI AD berjenis anti pesawat terbang, dengan kategori jarak dekat hingga jangkauan 4.000 meter. Teknologinya tidak lain merupakan fire and forget, sekelas rudal panggul anti pesawat Strela (Rusia), Stinger (USA) dan QW (Cina).
Teknologi ini memungkinkan bagian pencari sasaran rudal mengunci sasaran yang telah dibidik secara akurat seperti pesawat, helikopter, dan bersama dengan sub sistem kendali melakukan manuver gerakan mencapai sasaran. Untuk itu, diperlukan penguasaan ilmu fisika optik dan material yang memadai.
Sistem kendali rudal yang bergerak sangat cepat melebihi kecepatan suar dalam mengejar pesawat tempur, tidak mudah dibuat mengingat banyak yang harus dikuasai. Mulai kestabilan rudal selama terbang dalam kondisi ekstrim, tekanan udara, respos seeker, sehingga butu kemampuan teknologi berbeda.
Termasuk, berbeda dengan teknologi kendali yang ada dalam robot bergerak yang relatif lambat, seperti yang selama ini biasa dilihat di kontes-kontes robot. sebagai salah satu tahapan proses pembuatan rudal, telah dilakukan uji karakteristik bahan propelan roket.
Uji dilaksanakan du Lapangan Tembak, Laboratorium Dislitbang TNI AD, Batujajar, Bandung, Jawa Barat, 20 Juli 2018 lalu. Uji ini sangat penting untuk dapat mengetahi performa roket pendorong yang harus disesuaikan sistem kendali rudal yang didalamnya ada seeker, sirip, stabiliser dan lain-lain.
Uji memakai fasilitas lab yang ada di Batujajar itu merupakan instruksi konsep dari Kadislitbang TNI AD, Brigjen TNI Doetoyo, agar lab yang ada bisa difungsikan sebagai ujung tombak pengembangan riset-riset hankam. Dengan optimalisasi dan pengembangan lab, akan diperoleh berbagai inovasi produk.
Khususnya, alutsista yang dibutuhkan TNI sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan negara. Ke depan, Dislitbang TNI AD dan Cirnov UAD telah memiliki rencana besar agar beberapa tahun lagi ada produk anti rudal yang dibuat bangsa Indonesia secara mandiri.