REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mimpi buruk saat tidur tentu dapat mempengaruhi kualitas tidur dan memberikan rasa nyaman. Kabar baiknya, ada kemungkinan mimpi buruk bisa dinonaktifkan sehingga tidak mengganggu kualitas tidur.
Pernyataan ini bukan sekedar isapan jempol belaka. Alasannya, belum lama ini tim peneliti dari University of Tokyo Jepang berhasil menemukan dua gen yang bertanggungjawab atas munculnya mimpi maupun mimpi buruk dalam tidur seseorang. Kedua gen ini adalah Chrm 1 dan Chrm 3.
Tim peneliti menjelaskan bahwa mimpi dan mimpi buruk terjadi ketika seseorang sedang dalam kondisi tidur yang dalam. Kondisi ini juga dikenal sebagai rapid eye movement (REM).
REM tidak hanya terjadi pada manusia tetapi juga semua hewan mamalia. Oleh karena itu, tim peneliti melakukan penelitian untuk mengambil gen Chrm 1 dan Chrm 3 dari tikus-tikus percobaan.
Mulanya, tim peneliti hanya membuang Chrm 1 dari tikus-tikus percobaan. Tindakan ini membuat tikus-tikus percobaaan hanya memiliki periode REM yang pendek dan terfragmentasi.
Tahap selanjutnya, tim peneliti hanya membuang Chrm 3 pada tikus-tikus percobaan lain. Tindakan ini membuat durasi mata terpejam non-REM pada tikus-tikus tersebut menjadi lebih pendek.
Ketika tim peneliti membuang kedua gen, tikus-tikus percobaan hampir tidak mengalami REM ketika tidur. Meski tak mengalami REM, para tikus percobaan ini tetap bisa bertahan hidup dengan baik. Temuan ini dinilai mengejutkan karena ada anggapan bahwa hewan tak bisa mempertahankan hidup dengan baik dan mati tanpa REM.
Temuan ini menunjukkan bahwa mimpi buruk bisa dikontrol dan dicegah agar tidak terjadi. Seperti dilansir Mail Online, secara teori temuan ini memungkinkan ilmuwan untuk bisa mencegah terjadinya mimpi buruk pada manusia di masa depan.
Terkait mimpi itu sendiri, tim peneliti dari Harvard University mengungkapkan bahwa mimpi bukanlah rekaman pengalaman seseorang di pagi hari yang 'diputar' ulang saat tidur di malam hari. Faktanya, hanya satu hingga dua persen mimpi yang berkaitan dengan sebuah kejadian yang benar-benar terjadi di saat manusia terjaga.
Meski begitu, tim peneliti mengungkapkan bahwa emosi yang dirasakan seseorang saat beraktivitas memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap mimpi saat tidur. Sekitar 35-55 persen emosi dan kekhawatiran yang dimiliki oleh seseorang muncul di dalam mimpi. Kondisi ini biasanya akan membuat orang tersebut merasa emosional saat bangun di keesokan paginya.