Kamis 13 Sep 2018 16:48 WIB

Emoji Chat Dapat Menyampaikan Makna Linguistik

Emoji mampu menyampaikan ironi ataupun sarkasme seperti saat berbicara

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Emoji yang dirilis WhatsApp tak jauh berbeda dari yang dimiliki iPhone.
Foto: GSMArena
Emoji yang dirilis WhatsApp tak jauh berbeda dari yang dimiliki iPhone.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Emoji wajah yang digunakan di bagian akhir teks aplikasi pesan tak sekedar gambar menyenangkan saja. Gambar yang ditambahkan pada teks dapat menyampaikan makna linguistik yang mengubah interpretasi kalimat. 

"Emoji ada di mana-mana dan orang menggunakannya dalam banyak pesan teks dan online bersama dengan bahasa," kata mahasiswa doktoral di University of Illinois, Benjamin Weissman, dilansir dari Indian Express, Kamis (13/9). 

Kata-kata yang dikombinasikan dengan emoji dapat dianggap sebagai bentuk lain komunikasi multimodal. Peneliti mengatakan komunikasi ini mirip dengan kata-kata plus gerak tubuh atau kata-kata ditambah ekspresi wajah. 

Weissman menambahkan bahasa lisan dan isyarat berkembang jauh sebelum manusia mengembangkan representasi bahasa tertulis. Bahasa lisan dan isyarat, kata Weissman, memiliki cara meningkatkan atau mengubah makna melalui mekanisme seperti intonasi atau gerakan. 

"Emoji dapat menyampaikan ironi atau sarkasme dalam format tertulis dengan cara yang sama saat pengguna menyampaikan hal itu secara berbicara," ujarnya. 

Dalam penelitian, yang muncul dalam jurnal PLOS ONE, tim memeriksa pola gelombang otak yang terkait dengan pemrosesan bahasa, termasuk pola yang disebut P-600. Ini terjadi ketika seseorang menemukan sesuatu yang tidak terduga secara ilmu bahasa. 

Sinyal menunjukkan otak sedang memproses ulang atau menganalisis ulang isi kalimat. Mereka kemudian meminta total 106 peserta untuk membaca kalimat yang diikuti oleh emoji sementara gelombang otak mereka direkam. 

Pun mereka ditanya bagaimana menafsirkan arti dari kalimat tersebut. Terkadang emoji cocok dengan arti harfiah dari kalimat. 

Tetapi dalam kasus lain mereka ditafsirkan sebagai indikasi ironi. Menurut peneliti, penelitian membantu memperluas pandangan kita tentang komunikasi. 

Itu bisa berupa kata-kata atau kata-kata plus gambar, atau kata-kata plus isyarat, dan itu bisa berupa kata-kata plus emoji. 

"Anda tidak bisa hanya menggunakan serangkaian emoji, tetapi mereka dapat saling meningkatkan ketika anda memasangkan emoji dengan kata-kata. Efek gabungan dari katabkata tertulis ditambah emoji lebih besar daripada kata-kata atau emoji saja," kata peneliti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement