Senin 01 Oct 2018 07:14 WIB

Berbuat Baik Benar-Benar Menghidupkan Perasaan Hangat

Perasaan hangat yang dirasakan setelah membantu orang lain adalah nyata.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Esthi Maharani
Berbuat baik pada orang lain bisa meningkatkan rasa bahagia dalam diri penolong.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Berbuat baik pada orang lain bisa meningkatkan rasa bahagia dalam diri penolong.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penelitian baru di Inggris menemukan perasaan hangat yang dirasakan setelah membantu orang lain adalah nyata. Pemeriksaan menunjukkan pusat penghargaan di otak menjadi aktif setelah tindakan kebaikan.

Penelitian ini dilakukan oleh psikolog di Universitas Sussex dan diterbitkan dalam jurnal Neurolmage. Total 11150 peserta telah menjalani scan otak fMRI sambil membuat keputusan yang baik.

Para peneliti menganalisis untuk pertama kalinya apa yang terjadi di otak, ketika orang-orang baik karena altruisme asli dan ketika mereka bertindak dengan kebaikan startegis. Altruisme adalah lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain, sedangkan kebaikan strategis merupakan mengharapkan sesuatu  sebagai balasan.

Temuan menunjukkan area penghargaan dari otak lebih aktif, yang berarti mereka menggunakan lebih banyak oksigen ketika bertindak dengan kebaikan strategis. Namun, tindakan altruisme di mana tidak ada harapan mendapatkan keuntungan pribadi juga mengaktifkan pusat penghargaan.

Selain itu, beberapa wilayah otak sebenarnya lebih aktif selama tindakan kebaikan altruistik. Ini  menunjukkan ada sesuatu yang unik tentang berbuat baik tanpa mengharapkan balasan.

“Kami tahu bahwa orang dapat memilih bersikap baik karena mereka suka merasa seperti mereka adalah ‘orang baik’. Tetapi juga orang dapat memilih bersikap baik ketika mereka berpikir mungkin ada sesuatu seperti mendapatkan bantuan kembali atau meningkatkan reputasi,” kata Penulis Utama Dr. Daniel Campbell-Meikljohn, seperti yang dilansir dari Malay Mail, Senin (1/10).

Apa yang memotivasi seseorang bersikap baik adalah hal yang menarik dan penting. Jika, misalnya, pemerintah dapat memahami mengapa orang memberi tanpa mengharapkan balasan. Maka mereka dapat memahami cara mendorong orang menjadi sukarelawan, penyumbang untuk amal, atau mendukung orang lain di komunitas mereka.

Rekan penulis Jo Cutler mengatakan hal yang sama bisa berlaku ketika seseorang berpikir tentang interaksi antar keluarga, teman, kolega, atau orang asing secara satu-satu. Pelukan dan kata-kata baik, kata Cutler, bisa memicu perasaan hangat dan membuat seseorang merasa dihargai.

“Kami menemukan beberapa wilayah otak lebih aktif selama altruistik, dibandingkan dengan (kebaikan) strategis. Ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement