Jumat 10 Jan 2020 21:33 WIB

Pakar: Gerhana Bulan dan Hujan Tinggi Bisa Perparah Banjir

Kondisi banjir karena gerhana dan hujan akan lebih buruk di daerah pesisir pantai

Bulan masih tertutup bayangan penumbra bumi (parsial), saat gerhana bulan diabadikan dari kawasan Umbul Sidomukti, Kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang, Rabu (31/1). Cuaca mendung mengakibatkan fase terjadinya gerhana bulan total ini tidak dapat dilihat secara utuh dari lokasi ini.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Bulan masih tertutup bayangan penumbra bumi (parsial), saat gerhana bulan diabadikan dari kawasan Umbul Sidomukti, Kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang, Rabu (31/1). Cuaca mendung mengakibatkan fase terjadinya gerhana bulan total ini tidak dapat dilihat secara utuh dari lokasi ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Pakar lingkungan hidup dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Suprihatin mengatakan gerhana bulan penumbra yang dapat memengaruhi permukaan air laut dan banjir rob, dan akan berdampak lebih parah jika diiringi intensitas curah hujan tinggi.

"Kondisi tersebut jika terjadi berbarengan dengan curah hujan yang tinggi bisa berdampak parah pada lingkungan terutama di wilayah pesisir pantai," kata dia, Jumat (10/1).

Ia menjelaskan dampak tersebut dikarenakan pada saat bersamaan air laut naik kemudian ditambah pula air datang dari darat sehingga potensi banjir jauh lebih besar. Kondisi tersebut, menurutnya, akan lebih buruk di daerah-daerah pesisir pantai karena berhadapan langsung dengan laut.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga yang berada di wilayah pesisir terutama yang sering terdampak rob untuk lebih waspada apalagi saat musim hujan.

"Karena air pasang maksimum yang terjadi rutin akan mengganggu drainase utama yang menuju ke laut. Apalagi ketika terjadi hujan deras," kata Kepala Bidang Informasi Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement