REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bintang Betelgeuse kini menajdi perbintangan ilmuwan. Bintang ini terus redup dan semua orang bertanya-tanya apa artinya itu. Bintang itu akan menjadi supernova di akhir hidupnya, tetapi itu tidak diproyeksikan akan terjadi selama puluhan ribu tahun atau lebih. Jadi apa yang menyebabkan peredupan itu?
Dialnsir dari Universetoday, Astronom Universitas Villanova, Edward Guinan dan Richard Wasatonic, merupakan yang pertama melaporkan peredupan Betelgeuse baru-baru ini. Dalam posting baru di Telegram The Astronomer, pasangan astronom itu melaporkan peredupan Betelgeuse. Mereka juga menunjukkan bahwa meskipun bintang masih meredup, laju peredupannya melambat.
Betelgeuse adalah bintang super merah di konstelasi Orion. Betelgeuse telah menjadi supergiant merah selama sekitar 40 ribu tahun.
Betelgeuse dikenal sebagai bintang variabel semi-reguler, yang artinya kecerahannya bervariasi. Salah satu siklusnya adalah sekitar 420 hari, dan yang lainnya sekitar lima atau enam tahun. Siklus ketiga lebih pendek, sekitar 100 hingga 180 hari.
Meskipun sebagian besar fluktuasi dapat diprediksi dan mengikuti siklus ini, beberapa dari mereka tidak bisa diprediksi, seperti peredupan saat ini.
Para astronom telah lama memantau Betelgeuse. Perkiraan visual bintang kembali sekitar 180 tahun, dan sejak 1920-an, American Association of Variable Star Observers (AAVSO) telah mengambil pengukuran yang lebih sistematis.
Sekitar 40 tahun yang lalu para astronom di Universitas Villanova mulai mengambil pengukuran fotometrik sistematis dari kecerahan Betelgeuse. Data fotometri dari 25 tahun terakhir adalah yang paling teliti. Menurut data itu, bintangnya meredup seperti sebelumnya.
Menurut posting Guinan dan Wasatonic di Telegram The Astronomer, suhu Betelgeuse telah turun 100 Kelvin sejak September 2019. Luminositasnya telah turun hampir 25 persen dalam jangka waktu yang sama. Menurut semua pengukuran itu, jari-jari bintang telah tumbuh sekitar 9 persen. Pembengkakan ini diperkirakan terjadi seiring bertambahnya usia Betelgeuse.
Di satu sisi, setidaknya dalam istilah astronomi, Bumi beruntung memiliki Betelgeuse yang begitu dekat. Hanya sekitar 650 tahun cahaya jauhnya, dan itu membuat Betelgeuse menjadi guru yang hebat.
Betelgeuse merupakan satu-satunya bintang selain Matahari, yang dapat dilihat dari Bumi bagaimana detail permukaannya. Itu membantu ahli astrofisika memahami apa yang terjadi di sana, dan pada bintang-bintang serupa lainnya.
Seperti semua bintang, Betelgeuse menghasilkan panas pada intinya melalui fusi. Panas dipindahkan ke permukaannya melalui konveksi. Arus yang membawa panas disebut sel konveksi, yang dapat dilihat di permukaan sebagai bercak gelap.
Saat bintang berputar, sel-sel ini berputar masuk dan keluar dari pandangan, yang berkontribusi terhadap variabilitas yang diamati pada Betelgeuse. Sel konveksi bisa sangat besar, bahkan lebih besar daripada permukaan bintang besar lain yang serupa Betelgeuse.
Episode peredupan ini mungkin bukan bintang itu sendiri, melainkan awan gas dan debu yang menutupi cahaya. Seiring berjalannya waktu, dan Betelgeuse membakar lebih banyak bahan bakarnya, ia kehilangan massa.
Saat kehilangan massa, cengkeraman gravitasi di tepi luarnya melemah, dan awan gas keluar dari bintang ke daerah sekitarnya. Ini dapat menyebabkan episode peredupan saat ini.
Atau mungkinkah sesuatu yang lain? Seperti diketahui banyak ilmuwan bintang, tetapi mereka juga tidak tahu segalanya. Mereka juga tidak pernah bisa mengamati raksasa super merah lainnya seperti yang mereka bisa amati pada Betelgeuse.