REPUBLIKA.CO.ID, PAYERNE--Sebuah pesawat bertenaga surya dan dirancang terbang ke seluruh dunia dalam siang hari dan kegelapan telah terbang untuk pertama kali dalam ujicoba selama 24 jam. Tetapi pertanyaan di bibir setiap orang adalah: "Apakah dapat terbang ketika malam hari?"
Pesawat percobaan bertenaga surya dengan kursi tunggal dan memiliki lebar sayap 208ft luas - seluas jet Jumbo - ditutupi dengan panel 12 ribu sel surya yang dirancang untuk mengumpulkan energi sinar matahari dan kekuatan empat motor listrik yang menggerakkan baling-baling sayap.
Pesawat super-ringan dengan serat karbon pesawat yang kuat disebut Solar Impulse,melakukan ujicoba terbang di lapangan udara Payerne di Swiss pada pagi hari. Ini adalah langkah selanjutnya dalam rute mengelilingi sepanjang dunia non stop yang direncanakan pada 2012 dalam sebuah pesawat yang memiliki lebar sayap 262.5ft. Prototipe pesawat ini beratnya sama dengan setengah berat mobil, bisa menyerap banyak energi surya.
Menjelang siang hari, pilot Andre Borschberg meluncur di ketinggian 9.850 kaki berusaha menghindari turbulensi tingkat rendah dan angin panas yang sering terjadi di pegunungan.
Rencananya adalah menaikan pesawat ke ketinggian 27.900 kaki pada malam hari, akan menggunakan tenaga surya yang tersimpan di dalam baterai. "Tujuan dari proyek ini adalah memiliki pesawat terbang bertenaga surya yang mampu terbang seharian dan malam tanpa bahan bakar," kata Bertrand Piccard, salah seorang penggagasnya.
Tim berharap melakukan penerbangan uji coba 24 jam pekan lalu ketika hari di belahan bumi utara bahkan lebih lama, sehingga sel surya pesawat cukup mengumpulkan energi sebelum melewati pantai sepanjang malam.
Setiap aspek penerbangan dimonitoring oleh insinyur di darat. Jika pilot Borscherg memutuskan melanjutkan sepanjang malam, pesawat perlahan-lahan akan turun ke 4.920 kaki sebelum tengah malam, di mana Borschberg akan tinggal sampai mencoba mendarat pada waktu fajar.
Piccard yang pertama kali berhasil mengendarai navigasi gas balon 24 jam di dunia, Breitling Orbiter III, pada 1999, mengatakan jika sukses, langkah selanjutnya akan melintasi Atlantic untuk kedua kalinya. Meskipun tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa perjalanan udara mungkin bebas emisi, tim mengatakan energi tenaga surya tidak menggantikan teknologi konvensional jet dalam waktu dekat.