Rabu 05 Jan 2011 19:32 WIB

Ketagihan Informasi Hinggapi Pengguna Smartphone dan Pengakses Internet

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Para peneliti menemukan, mereka yang mematikan telepon seluler, menghindari Internet dan tidak menyalakan televisi serta radio bisa menderita gejala yang mirip seperti yang dialami pecandu obat-obatan yang berusaha berhenti.

Telegraph melaporkan, para ilmuwan meminta para relawan untuk menjauhi semua e-mail, SMS, pembaruan Facebook dan Twitter selama 24 jam. Mereka menemukan para partisipan mulai mengembangkan gejala-gejala yang biasanya terlihat pada perokok yang berusaha berhenti.

Beberapa di antara mereka yang turut ambil bagian mengatakan mereka merasa seperti menjalani cara untuk menghentikan kecanduan obat-obatan. Sementara peserta lain merasa seperti menjalani diet. Kondisi itu saat ini digambarkan sebagai gangguan perampasan informasi (information deprivation disorder).

"Kami tidak hanya melihat gejala-gejala psikologi, tetapi juga gejala-gejala fisik," kata Dr Roman Gerodimos, seorang dosen komunikasi yang memimpin penelitian internasional untuk bagian Inggris.

Penemuan itu akan menambah keprihatinan yang dikembangkan oleh ahli saraf dan psikolog mengenai dampak penggunaan Internet yang berlebihan, game-game komputer dan situs jejaring sosial disebut "Net Generation" dari para remaja dan kaum muda.

Dalam eksperimen, yang disebut mencabut busi, para relawan di 12 universitas seluruh dunia menghabiskan waktu 24 jam tanpa akses komputer, ponsel, iPod, televisi, radio dan bahkan koran.

Mereka diperbolehkan menggunakan telepon rumah atau membaca buku.

Para partisipan diminta menyimpan buku harian mengenai pengalaman mereka. Catatan dalam buku harian menunjukkan bahwa banyak perasaan gelisah, cemas atau terasing.

Penelitian itu dipimpin oleh University of Maryland's International Centre for Media and the Public Agenda.

Dr Gerodimos dari Bournemouth University, Inggris megatakan,"Jangkauan di mana kita menggunakan beberapa dari teknologi modern ini dan media baru mengubah kita. Para peserta menggambarkan perasaan gelisah dan tetap menyentuh ponsel mereka meskipun saat mereka tidak ada di sana."

"Juga ada beberapa efek bagus karena orang-orang mengembangkan mekanisme mengurangi stres mereka keluar jalan-jalan dan mengunjungi teman-teman daripada duduk di depan komputer. Yang mengagumkan bagi kami adalah bagaimana tergantungnya orang saat ini pada teknologi mereka. Orang kadang tidak memiliki jam tangan atau jam alarm karena mereka percaya pada ponsel mereka untuk membangunkan mereka."

Sementara, kebanyakan partisipan dalam penelitian berusaha keras tanpa ponsel mereka dan mereka merasa kehilangan dengan tidak menggunakan Facebook, pantangan dari musik yang menyebabkan paling banyak kesulitan bagi mereka.

"Kebanyakan dari mereka mengatakan mereka menemukan kesunyian agak kurang nyaman dan janggal. Tetapi, saat mereka terbiasa dengan itu mereka mulai memperhatikan hal-hal di sekitar mereka seperti burung-burung bernyanyi atau mendengarkan apa yang dilakukan tetangga mereka," kata Dr Gerodimos.

"Dalam refleksi pada apa yang sudah mereka lalui, orang-orang merasa dengan bebas mengakui bahwa mereka mengalami gejala-gejala penarikan. Para pelajar menyamakan pengalaman itu dengan diet, berhenti merokok dan menghentikan kecanduan. Kata-kata kecanduan tetap berulang."

"Beberapa orang tidak merasa itu berat, sementara minoritas yang membencinya. Mayoritas berjuang pada awalnya, mengalami gejala-gejala ini, sebelum mereka mengembangkan mekanisme mengurangi stres yang membantu untuk mengalihkan mereka."

"Bila kita menjadi sedikit lebih sadar bagaimana kita menggunakan teknologi ini, mungkin itu membantu kita untuk mengendalikan dampak itu pada kita. Mungkin semua orang harus berusaha pergi tanpa itu setiap hari setiap tahun."

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement