REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menyusul terjadinya fenomena alam Badai Matahari yang terjadi Senin (23/1), belum dilaporkan adanya gangguan atau dampak yang signifikan bagi aktivitas di bumi.
Puncak badai matahari yang terjadi pada pukul 10.59 waktu di Indonesia ini dampaknya memang terpantau pada Selasa (24/1) pukul 21.00 WIB.
Namun berdasarkan pantauan astronom, baik internasional maupun oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), tidak berdampak serius. Hingga Kamis (26/1) ini belum adanya laporan perihal dampak yang cukup berarti terkait fenomena ini.
"Secara umum badai yang terjadi dapat digolongkan berkekuatan menengah," ungkap Pengamat Astronomi LAPAN, Thomas Djamaludin yang dikonfirmasi Republika.
Sebelumnya, Badai Matahari ini disebut- sebut tergolong cukup kuat. Ledakan flare berskala M8-9 ini merupakan yang terkuat sejak Mei 2005. Meski tergolong badai kelas menengah, tetapi akan menimbulkan dampak jika mengarah ke bumi.
Menurut Thomas, berdasarkan pengamatan internasional badai matahari kemarin tergolong kelas menengah. Memang sempat mempengaruhi medan magnet di wilayah kutub bumi.
Dampak badai ini mengakibatkan terjadinya fenomena aurora di wilayah kutub bumi. "Namun dampaknya tidak sampai mengganggu jaringan komunikasi atau mengakibatkan kerusakan jaringan listrik," lanjutnya.
Hal ini bisa dilihat dari parameter fisis yang terjadi menyusul pengamatan atas fenomena ini. Namun setelah masa ini terlampaui, semuanya sudah kembali berjalan normal.
"Artinya semua para peneliti di bumi ini sudah mengantisipasi terhadap dampak- dampak yang diperkirakan bisa mempengaruhi aktivitas di bumi," kata Thomas.