Kamis 26 Jul 2012 23:46 WIB

Teleskop James Webb akan Gantikan Hubble?

Lima bulan Pluto yang terlihat dari observasi Teleskop Hubble NASA.
Lima bulan Pluto yang terlihat dari observasi Teleskop Hubble NASA.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Badan Antariksa Kanada, pada Rabu, mengenalkan satu bagian peralatan ketelitian yang akan digunakan pada Teleskop Luar Angkasa James Webb, generasi penerus Teleskop Hubble.

Teleskop Webb, yang disebut-sebut sebagai "mesin waktu" yang sangat kuat yang bisa menguak asal muasal alam semesta, dijadwalkan untuk diluncurkan pada 2018.

Kontribusi Kanada untuk teleskop luar angkasa terbesar yang pernah terbuat itu adalah membuat satu instrumen yang terdiri dari dua bagian.

Bagian pertama disebut Fine Guidance System, terdiri dari dua kamera serupa (seandainya yang satu gagal) yang disebut Canada Eyes atau Mata Kanada, dibuat oleh Universitas Montreal.

Sistem tersebut akan memungkinkan teleskop Webb untuk menunjuk satu objek astronomi dengan akurasi satu banding satu juta derajat. Hal itu seperti mengukur tebal satu helai rambut dari jarak lima kilometer.

Bagian kedua, yang merupakan satu spektrometer disebut Near-Infrared Imager dan Spektograf Slitless, akan mencari galaksi-galaksi yang terbentuk setelah Dentuman Besar yang menciptakan alam semesta 13,7 miliar tahun lalu.

Alat itu juga akan mencari tanda-tanda kehidupan melalui kehadiran oksigen, karbon dioksida dan gas metana di atmosfer planet-planet yang mengelilingi bintang jauh serta menemukan pembentukan bintang baru.

Pensiunan astronot Steve MacLean, yang juga kepala Badan Antariksa Kanada, memuji teknologi buatan Kanada itu karena disebut mempunyai kemampuan dalam "tingkat presisi yang belum pernah ada sebelumnya untuk melakukan terobosan ilmiah pada teleskop terbesar, paling rumit, dan paling kuat yang pernah dibuat."

Instrumen sebesar kompor masak itu akan dikirim ke Badan antariksa Amerika Serikat NASA untuk penggabungan dengan Teleskop Webb pada 30 Juli.

Dinamai dengan nama orang nomor dua di NASA yang menciptakan progam Apollo pada 1960-an, Teleskop Webb akan menggantikan Teleskop Luar Angkasa Hubble, yang dikirim ke orbit 22 tahun lalu.

Tidak seperti Hubble, yang dipasang 568km di atas Bumi, Webb akan dipasang pada ketinggian 1,5 juta kilometer di atas permukaan Bumi pada titik keseimbangan gravitasi yang disebut sebagai Titik Lagrange kedua (L2), di mana efek gravitasi hampir tidak ada sehingga memungkinkan teleskop untuk mengorbit dengan stabil dan melakukan manuver dengan interferensi minimal.

Jarak tersebut empat kali lipat jarak antara Bumi dengan Bulan. Pada jarak itu, Teleskop Webb akan terlalu jauh dari Bumi untuk bisa dikenai perawatan oleh astronot seperti halnya pada Hubble, kata MacLean. "Teknologi itu harus bekerja dengan baik."

Untuk mengamati objek bermilyar-milyar tahun cahaya jauhnya, Webb, yang dilengkapi dengan cermin utama berukuran tujuh kali lebih besar dari cermin Hubble serta penghalau sinar matahari sebesar satu lapangan tenis, akan cukup besar untuk mengumpulkan berkas sinar yang sangat redup untuk membantu para peneliti melakukan penelitian tentang asal-muasal terbentuknya galaksi.

Teleskop itu juga akan cukup dingin untuk mendeteksi berkas sinar infra merah, atau panas, yang dipancarkan dari objek yang sangat jauh ketika teleskop itu beroperasi pada suhu -230 derajat Celcius selama lima hingga sepuluh tahun.

Sebagai perbandingan, Teleskop Hubble didesain untuk beroperasi pada suhu 21 derajat Celcius dan untuk melihat sinar ultraviolet dan berkas cahaya tampak.

Kira-kira 100 kali lebih kuat daripada Hubble, Webb akan memotret "bintang-bintang pertama yang menyala pada kelahiran alam semesta," kata presiden perusahaan pembuat instrumentasi teleskop Webb, Com Dev Ltd, David Lizius.

"Hal ini belum pernah dilakukan sebelumnya," kata Lizius. Teknologi itu memungkinkan para peneliti untuk mengambil gambar dengan pembukaan yang sangat lama, bisa dengan pembukaan rana selama satu minggu, kata Lizius.

"Kami akan bisa kembali ke masa lalu dan melihat berkas cahaya yang ditinggalkan oleh bintang-bintang yang paling pertama lahir tidak lama setelah awal mula alam semesta," kata dia dikutip Xinhua-OANA.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement