REPUBLIKA.CO.ID,Pekan lalu, mantan Direktur Utama Telkomsel, Kiskenda Suriahardja mendapat Bintang Jasa Nararya dari Pemerintah RI. Pengheragaan diberikan, karena Kiskenda dinilai berjasa dalam bidang telekomunikasi, utamanya pengembangan solusi teknologi komunikasi Telkomsel Merah Putih dan realisasi program universal service obligation (USO).
Telkomsel Merah Putih singkatan dari Telkomsel meenembus daerah pedesaan, daerah perbatasan, industri terpencil dan kawasan bahari. Untuk mendukung program ini dikembangkan desain teknologi komunikasi berbasis GSM Internet Protocol (GSM IP).
Sebagaimana kita ketahui bersama, Telkomsel yang memenangkan tender USO berhasil menyediakan akses di lebih dari 25 ribu desa di Indonesia dalam waktu sekitar 1 tahun. Sebagian besar desa USO menggunakan teknologi GSM IP. Dengan Telkomsel Merah Putih, desa terpencil, desa terisolir, daerah perbatasan, pulau-pulau terluar hingga industri di daerah terpencil terjangkau akses telekomunikasi.
Teknologi serupa sukses diimplementasikan di kapal milik PT Pelni. Saat ini ada 15 kapal Pelni yang telah memiliki fasilitas telekomunikasi yang bisa digunakan awak maupun penumpang saat menempuh perjalanan di laut.
Telkomsel Merah Putih memang tidak bisa dilepaskan dari figur Kiskenda. Ia merupakan penggagas desain teknologi ini. Ide mengenai GSM IP, konon telah muncul sejak tahun 2003. Ia terwujud dua tahun kemudian. Pada mulanya, Telkomsel Merah Putih disiapkan untuk program USO. Namun dalam tender tahun 2004, Telkomsel kalah.
Kalah tender, rupanya tak mengurungkan niat Telkomsel mengembangkan desain teknologi berbasis GSM-IP. Ia kemudian dirancang untuk mendukung perluaasan layanan Telkomsel di pedesaan, setelah seluruh ibukota kecamatan terjangkau akses seluler. Kiskenda dikenal sebagai figur yang gigih memperjuangkan ketersediaan akses hingga pelosok.
Saat kebijakan itu dikembangkan, tahun 2005, banyak pihak yang mempertanyakan. Mengingat, butuh investasi besar untuk penyediaan akses hingga seluruh kecamatan. Investasi yang dibenamkan, sulit kembali dalam waktu singkat. Penyediaan akses hingga pelosok d iklaim sebaagai proyek rugi. Kiskenda menanggapi kritik itu dengan tersenyum, ''Kalau bukan kita lantas siapa lagi yang mau menyediakan akses hingga ibukota kecamatan. Memang awalnya program ini tak menghasilkan, namun saya optimistik IKC akan menjadi penyumbang revenue bagi Telkomsel,'' kata Kiskenda.
Prediksi Kiskenda terbukti benar. Pengembangan akses hingga kecamatan telah menopang kinerja dan pertumbuhan yang positif. Bahkan program USO yang telah berjalan sekitar dua tahun telah memberikan revenue bagi Telkomsel. Langkah Kiskenda, rupanya, telah menjungkirbalikan teori tentang return of invesment di industri telekomunikasi Indonesia.
Ia sekaligus menggugah kesadaran kita bahwa industri telekomunikasi amat ditentukan oleh akses, coverage dan kapasitas. Operator yang memiliki akses, coverage dan kapasitas yang memadai memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang dengan cepat. Sukses Telkomsel amat ditopang oleh ketiga elemen itu.
Penghargaan kepada Kiskenda, pada gilirannya menggambarkan apresiasi pemerintah terhadap Telkomsel Merah Putih. Sudah selayaknyalah pemerintah memberikan apresiasi kepada para pihak yang mengembangkan desain teknologi ini. Bagaimanapun juga Telkomsel Merah Putih telah mengangkat nama Indonesia dalam berbagai forum internasional.
Sekadar mengingatkan, dalam ranah industri seluler global, sukses Telkomsel mengimplementasikan Telkomsel Merah Putih mendapat perhatian banyak kalangan. Misalnya asosiasi pengusaha kapal laut Jepang dan operator negara jiran. Telkomsel Merah Putih menjadi pioner bagi implementasi GSM-IP untuk solusi komunikasi di remote area. Telkomselpun menjadi operator pertama yang sukses mengimplementasikan teknologi ini.
Satu perkembangan menarik lain terkait dengan implementasi Telkomsel Merah Putih adalah ketersediaan akses telekomunikasi di kapal penumpang. Saat ini, ada 15 kapal milik PT Pelni yang telah memiliki akses seluler Telkomsel dan bisa dimanfaatkan baik oleh awak kapal maupun penumpang saat menempuh perjalanan. Lebih dari sekadar komunikasi, ketersediaan akses seluler memiliki makna yang dalam.
Akses yang tersedia bisa dimanfaatkan pengelola kapal untuk memantau perjalanan kapal dimaksud. Dari sisi keamanan, ia akan memberi sumbangan yang besar, karena kapal bisa dipantau setiap saat, oleh siapa saja. Sehingga bila ada gangguan di kapal cepat diketahui oleh pihak lain. Hal ini, tentu saja, akan meningkatkan kualitas keamanan dan pengamanan kapal, termasuk awak dan penumpangnya.
Telkomsel Merah Putih, dalam batas-batas tertentu, juga menjadi semacam ikon bahwa anak bangsa sesungguhnya memiliki kemampuan untuk mensolusi kebutuhan dalam negeri, sehingga tidak selalu bergantung pada teknologi dari luar. Yang diperlukan kemudian adalah kesempatan dan dukungan untuk berkreasi. Telkomsel telah memberikan keleluasaan dan dukungan bagi sumber dayanya untuk berkreasi. Hasilnya, sebuah desain teknologi komunikasi yang bisa dirasakan manfaatnya oleh puluhan juta warga yang telah lebih dari setengah abad menunggu hadirnya akses telepon.
Lebih dari sekadar kemudahan komunikasi, akses yang tersedia bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan yang berujung pada peningkatan kualitas kehidupan dan kesejahteraan. Di luar telekomunikasi, masih banyak solusi yang bisa dikembangkan dan dibutuhan masyarakat banyak, seperti listrik. Siapa menyusul?